TERAPI IMUNOGLOBIN
INTRAVENA
Disusun Oleh :
Ummu
Choridah Ummah ( 14040057 )
SEKOLAH
TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Raya Pemda
Tigaraksa KM.4 No. 12A Kab. Tangerang – Banten
Telp/Fax : (021)
29867309
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”TERAPI
IMUNOGLOBULI INTRAVENA”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Para ahli imunologi telah menyadari
adanya efek proteksi dari komponen humoral pada serum seorang pasien yang telah
menderita suatu infeksi lama. Serum ditanam dari binatang yang telah
diimunisasi dengan patogen spesifik dan disuntikan pada manusia untuk tujuan
pencegahan dan terapi dari infeksi berat. Konsep terapi imunoglobulin
(gamaglobulin) adalah berasal dari percobaan sederhana yaitu dalam sejarah,
paul Ehrlich menghasilkan anti toksin dari kuman difteri pada tahun 1970. Untuk
mencegah komplikasi seperti serum sickness akibat penggunaan serum binatang
digunakan konsentrasi antibodi dari serum manusia, sampel imunoglobulin
plasenta digunakan untuk mencegah campak. Pada tahun 1952 Bruton mengenali
seorang anak usia 8 tahun yang menderita penyakit infeksi serius berulang dan
tidak mampu membuat sejumlah imunoglobulin. Ini adalah pertama kalinya penyakit
imunodefisiensi primer didiagnosis dan diterapi dengan imunoglobulin intra
muskular. Sejak saat itu dan sampai tahun 1981 gamma globulin intra muskular
atau sebagai alternatif fresh frozen plasma digunakan sebagai terapi
hipogamaglobulin dan penyakit imunodefisiensi primer. Pada tahun 1981
imunoglobulin intravena (IVIG) telah tersedia secara komersial di amerika
serikat. Keuntungan penggunaan imunoglobulin intravena dari imunoglobulin
intramuskular adalah:
1. Relatif
tidak menyakitkan pasien
2. Dapat
diberikan dengan dosis yang lebih tinggi karena tidak ada batasan dalam jumlah
volume
3. Absorbsinya
lebih bagus
4. Tidak
mengalami degradasi lokal
5. Tidak
mengalami agregasi dan aktifasi komplemen.
Jika
kita pelajari serum dengan elektroforensis maka akan terlihat beberapa fraksi
protein dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut akan
dapat dibedakan dengan puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama
globulin. Jika binatang percobaan disuntikdengan antigen, misalnya polisakarida
dari kuman pneukokus, maka pada elektoroforesis serum akan tampak meningkatnya
puncak globulin terutama dari fraksi gama globulin. Dulu dikira bahwa antibody
sama dengan gama – globulin, tetapi kemudian ternyata ada globulin dari fraksi
lain yang dapat berfungsi sebagai antibody. Sekarang antibody juga disebut immunoglobulin tanpa menyebut fraksinya.
Immunoglobulin
dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat molekul
sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi lain
dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui
tentang terapi immunoglobulin intravena beserta pembentukan dan
karakteristiknya.
C.
Manfaat
1. Menyelesaikan
tugas mata kuliah Imunogi dan Serologi.
2. Mempelajari
tentang terapi imunologlobin intravena.
3. Mempelajari
pembuatan dan karakteristik immunoglobulin intravena.
4. Aplikasi
klinis immunoglobulin intravena.
5. Mengetahui
tentang mekanisme kerja immunoglobulin intravena.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Imunoglobin
Imunoglobulin merupakan rangkaian 4
rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai “berat” (Heavy Chain =H)
dan 2 rantai “ringan” (Light Chain = L) yang tersusun secara simetris
dan saling berhubungan satu sama lainnya melalui ikatan disulfida (Interchain
Disulfide Bonds). Struktur dasar ini ditemukan oleh Porter.
Imunoglobulin adalah protein yang berada
di plasma dan jaringan. Mereka dibuat oleh sel plasma yang berasal dari sel B
dan berada di jaringan limforetikular. Ada 6 kelas imunoglobulin yaitu IgG,
IgM, IgA, IgD, IgE dan sekretori IgA. IgG merupakan kelas yang dominan diantara
imunoglobulin, yaitu 80% diantara total imunoglobulin. Molekul IgG terikat di antigen (misal
bakteri) dan dapat secara langsung mengeliminasinya atau memicu suatu respon
inflamasi. Yang dapat membantu mengatasi infeksi. IgG juga mempunyai efek anti
viral, anti protozoa dan anti toksik.
Molekul IgG mempunyai dua tempat ikatan
antigen. Terdiri dari 2 rantai berat (Gamma) dan dua rantai ringan (kappa atau
lambda) yang terikat oleh ikatan dua sulfur. Bagian c dari Fc dari Ig G
berikatan dengan reseptor yang terikat pada permukaan limfosit, makrofag. Sel
natural killer, dan beberapa granulosit. Ig G mengaktivasi komplemen yang
membantu proses opsonisasi bakteri dalam fagositosis. Antibodi dependen
sitotoksik oleh limfosit dan makrofag bila antibodi berikatan dengan sel target
seperti sel tumor atau alogenik limfosit. Desensitisasi alergi diperkirakan
sebagai perkembangan dari Ig G bloking antibodi yang mencegah alergen atau
antigen berinteraksi dengan Ig E yang terselubungi oleh sel mast. Waktu paruh
dari Ig G adalah 25 hari. Kecepatan sintesis adalah 35 mg/kgBB perhari.
Metabolisme Ig G diatur oleh kadar serum dari Ig G. kecepatan katobolisme
meningkat bila kadar Ig G tinggi. Sebaliknya pasien dengan hipogamaglobulinemia
mempunyai waktu paruh Ig G yang lebih lama.
IgG terdiri dari empat sub kelas yaitu
Ig1, ig2, ig3 dan ig4. Subkelas ini terdiri dari 70%, 15%, 10% dan 5% dari
total protein IgG. Perbedaan dari sub kelas ini terletak pada struktur rantai
beratnya. IgG1 secara primer aktif terhadap protein protein bakteri. IgG2
spesifik terhadap polisakarida bakteri walau kadang terjadi overlap dari
fungsi-fungsi ini. IgG3 mengaktivasi komplemen dan berada dalam jumlah kecil.
Sementara fungsi dati IgG4 belum jelas.
Molekul Imunoglobulin dapat dipecah
oleh enzim Papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen adalah identik dan dapat
mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang larut dan bervalensi satu (Univalen),
disebut Fab (Fragment Antigen Binding). Sedangkan untuk fragmen ketiga
tidak dapat mengikat antigen dan membentuk kristal Fc (Fragment
Crytallizable). Disamping itu, enzim proteolitik Pepsin juga dapat memecah
antibodi pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat
mengendapkan antigen, sehingga masih bervalensi dua (divalen),
disebut F(ab’)2.
B.
Struktur
dasar Imunoglobulin
Porter
telah menemukan struktur dasar
immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai
“berat” (heavy chain = L) dan 2
rantai “ringan” (light chain = L)
yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfide (interchain disulfide bonds).
Molekul IgG
dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik
dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukan bahwa
fragmen itu univalent atau mempunyai
valensi satu. Fragmen ini disebut Fab (fragmen
antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat megikat antigen dan
karena dapat membentuk Kristal disebut Fc (fragmen
crytallizable). Pepsin suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada
tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih mengendapkan
antigen, sehingga masih bersifat divalent (bervalensi dua), dan disebut F (ab’)2.
Analisa asam amino menunjukan bahwa terminal-N dari rantai-L maupu n rantai-H
selalu variable sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan,
disebut bagian variable. Sisa dari rantai ternyata menunjukan struktur yang
relative konstan; disebut bagian konstan. Bagian variable dari rantai-L dan
rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibody
itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur
dasar dari immunoglobulin dapat 2 determain antigen.
1. Rantai-L
(light chain)
Dari hasil pemeriksaan protein bence-jones dalam air kemih penderita
myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang desebut rantai-k (kapal) dan rantai-l
(lamda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu
dengan perbandingan rantai-k 65% dan rantai-l
35%, atau ratio k : l adalah 2 : 1.
2. Rantai-H
Seperti disebut diatas dapat dibedakan 5
klas immunoglobulin dan ternyata perbedaannya antara lain terletak pada
rantai-H. maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu, tetapi
semua khas immunoglobulin mempunya rantai-k atau l
9didalam satu molekul selalu hanya satu macam saja).
Rantai-H
dari IgG disebut juga rantai-g
(gamma)
Rantai-H dari IgA disebut juga
rantai-a (alpha)
Rantai-H dari IgM disebut juga
rantai-µ (mu)
Rantai-H dari IgD disebut juga
rantai (delta)
Rantai-H dari IgE disebut juga
rantai (epsilon)
Telah
disebut diatas bahwa bagian variable dari molekul immunoglobulin menentukan
sifatnya yang khas terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak
berpengaruh langsung terhadap antigen, tetapi kemungkinan besar bagian fc dari
immunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari antibody itu, misalnya Fc
dari IgG memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA
ikut menentukan sifat molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi
biologis diatas, bagian Fc juga meningkatkan aktifitas tertentu setelah
antibody bergabung dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut
komplemen, perlekatan dengan sel makrofag atau menyebabkan degranulasi mast
call, fungsi biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda
satu sama lain, tegantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin
memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi aktif.
Struktur
Imunoglobin
Berdasarkan jenis rantai-H yang
dimiliki, maka pengklasifikasian kelas Imunoglobulin adalah sebagai berikut :
1.
ImunoglobulinG (IgG)
Adalah
reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai antibodi utama dalam proses
sekunder dan merupakan pertahanan inang yang penting terhadap bakteri yang
terbungkus dan virus. Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah ekstravaskuler
dan mempunyai peranan penting menetralisir toksin kuman, serta melekat
pada kuman sebagai persiapan fagositosis.
Merupakan proteksi utama pada bayi
terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah lahir, dikarenakan
mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum
dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. IgG mempunyai
dua tempat pengikatan antigen yang sama (divalen) dan dikenal 4 subkelas, yaitu
IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai-H dengan
beberapa fungsi biologis serta jumlah dan lokasi ikatan disulfida. IgG1 merupakan
65% dari keseluruhan IgG. IgG2 berguna untuk melawan antigen polisakarida
dan menjadi pertahanan yang penting bagi inang untuk melawan bakteri yang
terbungkus.
2.
Imunoglobulin A (IgA)
Adalah
Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu, air liur, air
mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran pencernaan
atau usus (Corpo Antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput
mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara IgA
dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga kemampuan IgA
melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen melalui
jalan metabolisme alternatif. Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul
400.000 terdiri atas dua unit polipeptida dan satu molekul rantai-J serta
komponen sekretorik. Sekurang-kurangnya dalam serum terdapat dua subkelas IgA1
dan IgA2. Terdapat dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung membentuk
polimer dengan perantaraan polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk
memungkinkan IgA melewati permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini
IgA ditemukan dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat
kombinasi dengan suatu protein khusus, disebut Secretory Component yang
disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi secara lokal oleh sel
plasma.
3.
Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin
utama yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer. IgM terdapat pada semua
permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur polimer IgM menurut Hilschman
adalah lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan oleh rantai-J. Pentamer
berbobot molekul 900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh tempat
pengikatan antigen Fab sehingga bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan
reaksi Hapten. Polimernya berbentuk bintang, tetapi apabila terikat pada
permukaan sel akan berbentuk kepiting.
Disebabkan
bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling sering bereaksi di antara semua
Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik,
pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya
cepat setelah terjadi infeksi dan tetap tinggal dalam darah, maka IgM merupakan
daya tahan tubuh yang penting untuk bakteremia dan virus. Antibodi ini
dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.
4.
ImunoglobulinE (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE
apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada Mast Cells dan
Basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari Mast Cells
dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku
sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang
dihasilkan memicu respon alergi Anafilaktik melalui pelepasan zat
perantara. Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi,
konsentrasi IgE akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum
secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing.
5.
ImunoglobulinD (IgD)
Antibodi
ini fungsi keseluruhannya belum diketahui secara jelas. Dalam serum IgD
ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan IgD merupakan antibodi inti sel.
Zat ini juga terdapat pada sel penderita leukemia getah bening. Telah dibuktikan
pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila berada pada
permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin
merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih
fungsinya IgM dan Imunoglobulin lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi
lebih jauh.
C. Sifat-sifat fisika dari lima
kelas utama immunoglobulin
Nama (WHO)
|
IgG
|
IgA
|
IgM
|
IgD
|
IgE
|
Angka sedimentasi
|
7S
|
7S,9S, 11S*
|
19S
|
7S
|
8S
|
Berat molekul
|
150.000
|
160.000 dan dimmer
|
900.000
|
185.000
|
200.000
|
Jumlah unit 4-peptida dasar
|
1
|
1, 2*
|
5
|
1
|
1
|
Rantai berat (H)
|
γ
|
Α
|
μ
|
Δ
|
ε
|
Rantai ringan
|
κ, λ
|
κ, λ
|
κ, λ
|
κ, λ
|
κ, λ
|
Susunan molekul
|
γ2κ2
γ2κ2
|
(α2κ2)1-2
(α2λ2) 1-2
(α2κ2) 2S*
(α2λ2) 2S*
|
(μ2κ2)5
(μ2λ2)5
|
δ2κ2
δ2λ 2 (?)
|
ε 2κ2
ε2λ 2
|
Valensi untuk mengikat antigen
|
2
|
2, 4
|
10
|
2
|
2
|
Konsentrasi serum normal (mg/ml)
|
8-16
|
1,4-4
|
0,5-2
|
0-0,4
|
17-450 **
|
% imunoglobulin total
|
80
|
13
|
6
|
0-1
|
0,002
|
% karbohidrat
|
3
|
8
|
12
|
13
|
12
|
* = bentuk dimmer
dalam sekresi mempunyai komponen S
** = 1ng = 10-9 g
D.
Sifat-sifat biologi lima kelas utama immunoglobulin
manusia
IgG
|
IgA
|
IgM
|
IgD
|
IgE
|
|
Sifat utama
|
Ig terbanyak dalam cairan tubuh
|
Ig utama dalam sekresi
|
Aglutinin efektif produksi dini reaksi imun
|
Terdapat pada permukaan limfosit bayi
|
Timbul pada infeksi parasit, penyebab atopic allergy
|
Ikatan komplemen
|
+
|
–
|
+
|
–
|
–
|
Tembus plasenta
|
+
|
–
|
–
|
–
|
–
|
Melekat pada mast cell dan sel basofil
|
–
|
–
|
–
|
–
|
+
|
Daya pelekatan pada makrofag
|
+
|
+/-
|
–
|
–
|
–
|
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Imunoglobulin
Intravena
Imunoglobulin
intravena (IVIG) adalah produk darah yang disiapkan dari serum antara 1000 dan
15 000 donor per batch. Ini adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan
kekurangan antibodi. Untuk indikasi ini,
IVIG digunakan pada dosis dari 200-400 mg/kg berat badan, diberikan sekitar 3
mingguan. Sebaliknya, dosis tinggi IVIG, diberikan paling sering pada 2g/
kg/bulan, digunakan sebagai agen
'imunomodulator’ dalam
peningkatan jumlah gangguan kekebalan tubuh dan peradangan. Penggunaan awal
IVIG adalah untuk thrombocytopenic purpura (ITP) pada anak-anak. Spesialisasi klinis menggunakan jumlah
terbesar dari IVIG adalah neurologi, hematologi, imunologi, nefrologi, dan dermatologi. IVIG memiliki dampak
besar pada pengobatan gangguan neurologis termasuk dermatomiositis, Sindrom
Guillain - Barre, inflamasi kronis demielinasi polineuropati (CIDP), motorik
multifokal neuropati (MMN), myasthenia gravis dan sindrom Stiff Person (orang kaku). Dalam hematologi digunakan untuk
mengobati cytopenias, aplasia Parvovirus B19 terkait sel darah merah,
hypogammaglobulinemia sekunder myeloma dan limfatik kronis leukemia dan pasca
transplantasi sumsum-tulang. Di imunologi IVIG digunakan dalam pengobatan antibodi
defisiensi primer ( PAD ), dalam nefrologi, dan ophthalmology telah digunakan
untuk mengobati vaskulitis, sistemik lupus erythematosus (SLE), pemfigoid
membran mukosa dan uveitis dan dalam dermatologi itu paling sering digunakan
untuk mengobati sindrom Kawasaki, dermatomiositis, epidermal toksik nekrolisis
dan penyakit Blistering
disease (Tabel 1). Perkembangan terakhir dalam pemahaman
mekanisme aksi IVIG, arus utama penggunaan klinis berkonsentrasi pada kondisi
dengan lebih baik mendasarkan basis bukti penggunaan IVIG.
B.
Sediaan
Imunoglobulin
Serum imunoglobulin manusia disediakan
dalam bentuk fraksi alkohol yang diambil dari sediaan banyak donor yang sedang
dalam masa penyembuhan dari beberapa penyakit, baru saja mendapat vaksinasi
atau yang dalam pengamatan mempunyai antibodi yang cukup. Serum protein
dipisahkan dalam suhu dingin dengan cara presipitasi dengan alkohol pada
kekuatan ion dan PH rendah. Prosedur ini pertama kali dijelaskan oleh Cohen
1944 dan sampai sekarang masih digunakan. Fraksi tersebut kemudian dipisahkan
dari serum protein dan virus hepatitis. IgG terdiri dari 95-99% fraksi serum.
Bagaimanapun bagian dari Ig A, Ig M, Ig D dan Ig e juga tersedia. Tetapi bukan
merupakan terapi yang signifikan karena konsentrasinya yang rendah dan masa
paruh yang cepat. WHO menetapkan beberapa kriteria untuk produksi imunoglobulin
intravena. Dalam prakteknya semua plasma di skrining untuk hepatitis virus B,
HIV dan tidak ada peningkatan enzim transaminase. Dalam sediaan yang dipasarkan
diambil plasma dari 3000 sampai 6000 donor yang terdiri dari spektrum antibodi
yang luas. Setiap sediaan harus mengandung antibodi yang cukup terhadap polio,
Campak, Hepatitis B dan Diteri.
Tabel
1. Sediaan imunoglobulin intravena
Sediaan Imunoglobulin Intravena lain:
a. Intragam
P – CSL Bioplasma. Sediaan steril, bebas larutan dari imunoglobulin G 60 mg/ml
yang diambil dari donor Australia melalui Australian Red Cross Blood Service.
b. Intragam
P mengandung hanya Ig A dengan cairan pelarut 100 mg.ml maltosa. tersedia dalam
3 gram/ 50 ml dan 12 gram/ 200 ml
c. Sandoglobulin
NF liquid – CSL Bioplasma, mengandung Ig G steril tanpa larutan. Sediaan
terdiri dari 6 gram/ 50 ml dan 12 gram/ 100 ml
d. Octagam-Octapharma.
Sediaan steril, bebas larutan dari Imunoglobulin G 60 mg/ml yang diambil dari
banyak donor. Etrsedia dalam kemasan 1 gram/20 ml vial dan 2,5 gram/ 50 ml, 5
gram/100ml dan 10 gram/200 ml
C.
Proses
kerja immunoglobulin intravena
Pada
imunodefisiensi primer dan defisiensi antibodi fungsional imunoglobulin
intravena berfungsi sebagai terapi pengganti. Beberapa mekanisme kerja dari
imunoglobulin intravena disebutkan sebagai berikut :
1. Blok
Reseptor Fc. Tambahan molekul IgG eksogen berikatan pada Fc reseptor sel target
dan menghambat akses terhadap sel etrsebut. Ini untuk mencegah anti platelet
adn antibodi lain berikatan dengan sel ini
2. Aksi
Imunomodulator. Imunoglobulin intravena berikatan pada reseptor Fc dari
limfosit T dan B yang dapat menghambat sintesis antibodi sel B dan atau
meningkatkan aktivitas regulasi dari sel T helper atau supresor
Gambar
2. Aksi Imunomodulator Imunoglobulin pada sel B dan sel T
Tanda panah menunjukan terget efek dari
Imunoglobulin. Imunoglobulin mempengaruhi dalam produksi antibodi dari sel B,
yaitu meningkatkan atau menurunkan produksi antibodi, menetralisasi auto
antibodi dari patogen dan sel T super antigen, meningkatkan aktivasi dan fungsi
dari sel T serta produksi CD4 sel T dari sitokin yang dimediasi oleh sel T
Helper 1 dan 2 serta mengontrol pertumbuhan sel.
3. Aanti
idiotype antibodi. Ikatan antigen dari molekul imunoglobulin disebut daerah
idiotype (lihat gambar) bagian anti idiotype
imunoglobulin intravena ini dapat menghambat produksi dari patogen auto
antibodi. Penyakit auto imun diperkirakan adalah akibat adanya pemecahan dari
jaringan regulatori antibodi. Imunoglobulin intravena dapat menyediakan
defisiensi antibodi anti idiotype.
4. Anti
Inflamasi. Imunoglobulin intravena menurunkan produksi sitokin dan mediator
inflamasi lain seperti monosit dan makrofag dan antagonis terhadap interleukin.
Imunoglobin intravena juga meningkatkan daya larut kompleks imun pada penyakit
inflamasi sistemik. Imunoglobulin intravena secara konvalen berikatan dengan
sel endotelial. Penelitian tambahan diperlukan untuk menjelaskan mekanisme
sebenarnya dari imnoglobulin intravena.
D.
Penggunaan
Imunoglobulin Intravena
1. Penggunaan
di bidang Hematologi
Terapi
Imunoglobulin pertama sebagai imunomodulator dalam pengelolaan ITP,
meskipun dalam ITP dewasa beberapa penelitian sekarang menunjukkan bahwa
steroid saja dapat meningkatkan jumlah trombosit kecuali klinis perdarahan
hebat. Hemolitik
anemia pada penyakit sel sabit dan setelah transfusi pada limfoma dapat terjadi
meskipun tes antiglobulin langsung (DAT) dan autoantibody negatif. IVIG
ditunjukkan untuk mencegah bentuk anemia dalam serangkaian kecil tiga pasien
dari kelompok, dijelaskan
dalam bentuk poster menunjukkan bahwa mekanisme lain, selain dari blokade FCR. Acquired hemofilia juga merespon terapi hdIVIG. Namun, meskipun
keberhasilan awal meta - analisis terbaru menunjukkan bahwa IVIG masih
berhubungan dengan tingkat respons rendah dan tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. IVIG untuk mencegah infeksi
cytomegalovirus (CMV) setelah sumsum tulang transplantasi (BMT).
IVIG mungkin hanya untuk pasien yang
hypogammaglobulinaemic (IgG<4 g/l) setelah BMT. Dokter anak
telah menggunakan IVIG pada 0,5 g/kg dalam dosis tunggal pada hari pertama
kehidupan pada anak-anak dengan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Efektif dalam mengurangi hemolisis dan
karenanya mengurangi kebutuhan untuk transfusi tukar. Orang dewasa dengan
defisiensi antibodi sekunder (SAD) yang berhubungan dengan leukemia limfositik
kronis dan myeloma keduanya telah terbukti manfaat dengan IVIG, jika tidak mampu respon memadai
terhadap imunisasi dengan polisakarida antigen (Pneumovax II). Meskipun klinis kemanjuran IVIG di SAD
diterima, costeffectiveness nya telah dipertanyakan, profilaksis antibiotik terus menerus
dengan kotrimoksazol sendiri telah terbukti efektif dalam myeloma, meskipun ada kejadian yang signifikan dari efek
samping, sehingga mendorong untuk uji acak membandingkan profilaksis antibiotik
dengan IVIG dalam kelompok penyakit ini.
2. IVIG pada penyakit Neurologis
autonom
Sindrom
Guillain – Barre
Cochrane review
sistematis telah menunjukkan
bahwa IVIG berkhasiat sama dengan pertukaran plasma dalam pengobatan pasien dengan
paralitik sindrom Guillain - Barre akut (GBS). apakah IVIG efektif pada orang
dewasa dengan penyakit ringan atau pada mereka yang memulai pengobatan lebih
dari 2 minggu setelah timbulnya gejala tidak pasti. Tidak ada bukti bahwa
menggabungkan IVIG dengan sebelumnya pertukaran plasma adalah manfaat sama,
menggabungkan steroid puls dengan IVIG tidak menawarkan manfaat. Meskipun tidak
ada percobaan acak dari IVIG di anak GBS bukti dari percobaan dewasa telah cukup
persuasif untuk IVIG untuk
direkomendasikan
untuk anak-anak dengan GBS.
3. Multifocal
motor neuropathy with conduction block
Multifokal
neuropati motorik ( MMN ) dengan kelemahan otot asimetris distal yang mungkin
keliru untuk penyakit neuron motorik, tetapi dibedakan electrophysiologically
dengan lokal blok konduksi motorik. IVIG adalah pengobatan pilihan di MMN, steroid memiliki sedikit efek dan mungkin
memperburuk penyakit. Beberapa percobaan terkontrol secara acak telah
menunjukkan bahwa IVIG meningkatkan kekuatan otot, skor cacat neurologis dan
dapat membalikkan blok konduksi. IVIG sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang yang bermanfaat pada
banyak pasien.
4. Chronic
inflammatory demyelinating neuropathy (CIDP)
Adalah neuropati simetris progresif yang
ditandai klinis oleh kelemahan proksimal dan distal, kehilangan sensori dan
areflexia. IVIG semakin menggantikan steroid (gabungan dalam beberapa kasus
dengan pertukaran plasma), yang sampai sekarang merupakan pengobatan tradisional untuk CIDP. Bukti dari acak uji
coba terkontrol menunjukkan bahwa IVIG menunjukkan keberhasilan
yang sama steroid dan pertukaran plasma, setidaknya dalam jangka pendek. IVIG
lebih disukai sebagai terapi lini pertama untuk CIDP mengingat morbiditas
terkait dengan terapi steroid jangka panjang. Memang, pasien dengan MMN dan
mereka dengan murni bermotor CIDP mungkin memburuk setelah steroid. Gabungan pengobatan dengan IVIG dan
steroid menawarkan manfaat tambahan tidak diketahui.
5. Dermatomyositis
dan miopati inflamasi lainnya
Miopati
inflamasi proksimal yang merupakan karakteristik dermatomiositis (DM) adalah
patogenesis kekebalan terkait dengan microangiopathy tergantung komplemen di otot yang
terkena. Manfaat IVIG pada pasien dengan DM refrakter terhadap terapi
imunosupresif standar ditunjukkan dalam uji coba terkontrol plasebo secara acak
pada tahun 1993. Apakah IVIG lebih unggul dari steroid sebagai terapi lini pertama
untuk DM tidak diketahui. Dalam polymyositis, IVIG telah terbukti berguna dalam uji
terbuka tetapi belum mengalami percobaan acak. Bukti dari percobaan acak tidak
mendukung penggunaan IVIG dalam myositis.
6. Defects of
the neuromuscular junction
Myasthenia
gravis (MG), gangguan ini
ditandai dengan fluktuasi, kelemahan otot yang disebabkan oleh antibodi
terhadap asetilkolin reseptor. Satu-satunya RCT sampai saat ini menunjukkan
bahwa IVIG adalah efektif sebagai pengganti plasma exchange untuk eksaserbasi myasthenia. Dalam
prakteknya, IVIG dicadangkan untuk pasien dengan MG refraktori atau toleran
terhadap terapi standar atau sebagai pengganti dari plasma tukar.
7. Lambert–Eaton
syndrome (LEMS)
Sindrom
Lambert-Eaton (LEMS) yang menyajikan
dengan campuran fitur miopati dan myasthenia terkait kuat dengan antibodi
terhadap tegangan saluran kalsium (VGCC). LEMS dikaitkan dengan underlying
karsinoma paru-paru sel kecil sekitar 60% dari pasien. IVIG telah ditunjukkan
dalam RCT untuk menghasilkan perbaikan jangka pendek kekuatan otot. Saat ini,
IVIG digunakan untuk pasien
dengan LEMS yang tidak responsif terhadap terapi imunosupresif standar.
8. Sindrom Stiff-Person
Sindrom orang
kaku- adalah gangguan langka yang ditandai dengan kekakuan otot episodik berat
dan kejang yang berhubungan dengan titer tinggi antibodi terhadap
dekarboksilase asam glutamat (GAD). Antibodi anti-GAD menonaktifkan GAD,
membatasi enzim untuk sintesis butirat gamma amino acid (GABA), suatu
neurotransmitter inhibisi utama. Ada bukti dari satu-satunya RCT, IVIG yang secara signifikan mengurangi
kekakuan otot pada penyakit ini. Karena obat yang meningkatkan GABA hanya
menghasilkan perbaikan gejala sederhana, IVIG kemungkinan akan dipertimbangkan sebagai pengobatan
pilihan.
9. Multiple sclerosis
Efek
menguntungkan dari IVIG dalam mengurangi frekuensi relaps pada hilang-timbul MS
adalah sama besarnya dengan yang dicapai dengan beta-interferon dan glatiramer
asetat. Sebuah tinjauan Cochrane baru-baru ini IVIG menyimpulkan bahwa di MS
ada bukti yang mendukung penggunaannya untuk mencegah hilang-timbul penyakit,
masih perlu satu penelitian lebih lanjut untuk memungkinkan kesimpulan yang
lebih kuat untuk ditarik. Sebaliknya, IVIG dibuktikan tidak bermanfaat di MS
progresif sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar