Minggu, 26 Juni 2016

TERAPI IMUNOGLOBULIN INTRAVENA



TERAPI IMUNOGLOBIN INTRAVENA






Disusun Oleh :
Ummu Choridah Ummah  ( 14040057 )




SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Raya Pemda Tigaraksa KM.4 No. 12A Kab. Tangerang – Banten
Telp/Fax : (021) 29867309

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”TERAPI IMUNOGLOBULI INTRAVENA”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Para ahli imunologi telah menyadari adanya efek proteksi dari komponen humoral pada serum seorang pasien yang telah menderita suatu infeksi lama. Serum ditanam dari binatang yang telah diimunisasi dengan patogen spesifik dan disuntikan pada manusia untuk tujuan pencegahan dan terapi dari infeksi berat. Konsep terapi imunoglobulin (gamaglobulin) adalah berasal dari percobaan sederhana yaitu dalam sejarah, paul Ehrlich menghasilkan anti toksin dari kuman difteri pada tahun 1970. Untuk mencegah komplikasi seperti serum sickness akibat penggunaan serum binatang digunakan konsentrasi antibodi dari serum manusia, sampel imunoglobulin plasenta digunakan untuk mencegah campak. Pada tahun 1952 Bruton mengenali seorang anak usia 8 tahun yang menderita penyakit infeksi serius berulang dan tidak mampu membuat sejumlah imunoglobulin. Ini adalah pertama kalinya penyakit imunodefisiensi primer didiagnosis dan diterapi dengan imunoglobulin intra muskular. Sejak saat itu dan sampai tahun 1981 gamma globulin intra muskular atau sebagai alternatif fresh frozen plasma digunakan sebagai terapi hipogamaglobulin dan penyakit imunodefisiensi primer. Pada tahun 1981 imunoglobulin intravena (IVIG) telah tersedia secara komersial di amerika serikat. Keuntungan penggunaan imunoglobulin intravena dari imunoglobulin intramuskular adalah:
1.      Relatif tidak menyakitkan pasien
2.      Dapat diberikan dengan dosis yang lebih tinggi karena tidak ada batasan dalam jumlah volume
3.      Absorbsinya lebih bagus
4.      Tidak mengalami degradasi lokal
5.      Tidak mengalami agregasi dan aktifasi komplemen.
Jika kita pelajari serum dengan elektroforensis maka akan terlihat beberapa fraksi protein dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut akan dapat dibedakan dengan puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama globulin. Jika binatang percobaan disuntikdengan antigen, misalnya polisakarida dari kuman pneukokus, maka pada elektoroforesis serum akan tampak meningkatnya puncak globulin terutama dari fraksi gama globulin. Dulu dikira bahwa antibody sama dengan gama – globulin, tetapi kemudian ternyata ada globulin dari fraksi lain yang dapat berfungsi sebagai antibody. Sekarang antibody juga disebut immunoglobulin tanpa menyebut fraksinya.
Immunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi lain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.
B.     Tujuan
Untuk mengetahui tentang terapi immunoglobulin intravena beserta pembentukan dan karakteristiknya.

C.    Manfaat
1.      Menyelesaikan tugas mata kuliah Imunogi dan Serologi.
2.      Mempelajari tentang terapi imunologlobin intravena.
3.      Mempelajari pembuatan dan karakteristik immunoglobulin intravena.
4.      Aplikasi klinis immunoglobulin intravena.
5.      Mengetahui tentang mekanisme kerja immunoglobulin intravena.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Imunoglobin
Imunoglobulin merupakan rangkaian 4 rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai “berat” (Heavy Chain =H) dan 2 rantai “ringan” (Light Chain = L) yang tersusun secara simetris dan saling berhubungan satu sama lainnya melalui ikatan disulfida (Interchain Disulfide Bonds). Struktur dasar ini ditemukan oleh Porter.
Imunoglobulin adalah protein yang berada di plasma dan jaringan. Mereka dibuat oleh sel plasma yang berasal dari sel B dan berada di jaringan limforetikular. Ada 6 kelas imunoglobulin yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, IgE dan sekretori IgA. IgG merupakan kelas yang dominan diantara imunoglobulin, yaitu 80% diantara total imunoglobulin.  Molekul IgG terikat di antigen (misal bakteri) dan dapat secara langsung mengeliminasinya atau memicu suatu respon inflamasi. Yang dapat membantu mengatasi infeksi. IgG juga mempunyai efek anti viral, anti protozoa dan anti toksik.
Molekul IgG mempunyai dua tempat ikatan antigen. Terdiri dari 2 rantai berat (Gamma) dan dua rantai ringan (kappa atau lambda) yang terikat oleh ikatan dua sulfur. Bagian c dari Fc dari Ig G berikatan dengan reseptor yang terikat pada permukaan limfosit, makrofag. Sel natural killer, dan beberapa granulosit. Ig G mengaktivasi komplemen yang membantu proses opsonisasi bakteri dalam fagositosis. Antibodi dependen sitotoksik oleh limfosit dan makrofag bila antibodi berikatan dengan sel target seperti sel tumor atau alogenik limfosit. Desensitisasi alergi diperkirakan sebagai perkembangan dari Ig G bloking antibodi yang mencegah alergen atau antigen berinteraksi dengan Ig E yang terselubungi oleh sel mast. Waktu paruh dari Ig G adalah 25 hari. Kecepatan sintesis adalah 35 mg/kgBB perhari. Metabolisme Ig G diatur oleh kadar serum dari Ig G. kecepatan katobolisme meningkat bila kadar Ig G tinggi. Sebaliknya pasien dengan hipogamaglobulinemia mempunyai waktu paruh Ig G yang lebih lama.
IgG terdiri dari empat sub kelas yaitu Ig1, ig2, ig3 dan ig4. Subkelas ini terdiri dari 70%, 15%, 10% dan 5% dari total protein IgG. Perbedaan dari sub kelas ini terletak pada struktur rantai beratnya. IgG1 secara primer aktif terhadap protein protein bakteri. IgG2 spesifik terhadap polisakarida bakteri walau kadang terjadi overlap dari fungsi-fungsi ini. IgG3 mengaktivasi komplemen dan berada dalam jumlah kecil. Sementara fungsi dati IgG4 belum jelas.


Molekul Imunoglobulin dapat dipecah oleh enzim Papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen adalah identik dan dapat mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang larut dan bervalensi satu (Univalen), disebut Fab (Fragment Antigen Binding). Sedangkan untuk fragmen ketiga tidak dapat mengikat antigen dan membentuk kristal Fc (Fragment Crytallizable). Disamping itu, enzim proteolitik Pepsin juga dapat memecah antibodi pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih bervalensi dua (divalen),  disebut F(ab’)2.
B.     Struktur dasar Imunoglobulin
Porter  telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai “berat” (heavy chain = L) dan 2 rantai “ringan” (light chain = L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfide (interchain disulfide bonds).
Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukan bahwa fragmen itu univalent  atau mempunyai valensi satu. Fragmen ini disebut Fab (fragmen antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat megikat antigen dan karena dapat membentuk Kristal disebut Fc (fragmen crytallizable). Pepsin suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalent (bervalensi dua), dan disebut F (ab’)2. Analisa asam amino menunjukan bahwa terminal-N dari rantai-L maupu n rantai-H selalu variable sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan, disebut bagian variable. Sisa dari rantai ternyata menunjukan struktur yang relative konstan; disebut bagian konstan. Bagian variable dari rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibody itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari immunoglobulin dapat 2 determain antigen.
1.      Rantai-L (light chain)
Dari hasil pemeriksaan protein bence-jones dalam air kemih penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang desebut rantai-k (kapal) dan rantai-l (lamda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai-k 65% dan rantai-l 35%, atau ratio k : l adalah 2 : 1.
2.      Rantai-H
Seperti disebut diatas dapat dibedakan 5 klas immunoglobulin dan ternyata perbedaannya antara lain terletak pada rantai-H. maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu, tetapi semua khas immunoglobulin mempunya rantai-k atau l 9didalam satu molekul selalu hanya satu macam saja).
            Rantai-H dari IgG disebut juga rantai-g (gamma)
Rantai-H dari IgA disebut juga rantai-a (alpha)
Rantai-H dari IgM disebut juga rantai-µ (mu)
Rantai-H dari IgD disebut juga rantai (delta)
Rantai-H dari IgE disebut juga rantai (epsilon)
Telah disebut diatas bahwa bagian variable dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yang khas terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetapi kemungkinan besar bagian fc dari immunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari antibody itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut menentukan sifat molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi biologis diatas, bagian Fc juga meningkatkan aktifitas tertentu setelah antibody bergabung dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan dengan sel makrofag atau menyebabkan degranulasi mast call, fungsi biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain, tegantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi aktif.
Struktur Imunoglobin
Berdasarkan jenis rantai-H yang dimiliki, maka pengklasifikasian kelas Imunoglobulin adalah sebagai berikut :
1.      ImunoglobulinG (IgG)
Adalah reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai antibodi utama dalam proses sekunder dan merupakan pertahanan inang yang penting terhadap bakteri yang terbungkus dan virus. Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan penting menetralisir toksin kuman, serta  melekat pada kuman sebagai persiapan fagositosis.
Merupakan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah lahir, dikarenakan mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. IgG mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang sama (divalen) dan dikenal 4 subkelas, yaitu IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai-H dengan beberapa fungsi biologis serta jumlah dan lokasi ikatan disulfida. IgG1 merupakan 65% dari keseluruhan IgG. IgG2  berguna untuk melawan antigen polisakarida dan menjadi pertahanan yang penting bagi inang untuk melawan bakteri yang terbungkus.
2.      Imunoglobulin A (IgA)
Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu, air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran pencernaan atau usus (Corpo Antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara IgA dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga kemampuan IgA melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen melalui jalan metabolisme alternatif. Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas dua unit polipeptida dan satu molekul rantai-J serta komponen sekretorik. Sekurang-kurangnya dalam serum terdapat dua subkelas IgA1 dan IgA2. Terdapat dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk memungkinkan IgA melewati permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini IgA ditemukan dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu protein khusus, disebut Secretory Component yang disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma.
3.      Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin utama yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer. IgM terdapat pada semua permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur polimer IgM menurut Hilschman adalah lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan oleh rantai-J. Pentamer berbobot molekul 900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh tempat pengikatan antigen Fab sehingga bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan reaksi Hapten. Polimernya berbentuk bintang, tetapi apabila terikat pada permukaan sel akan berbentuk kepiting.
Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling sering bereaksi di antara semua Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan tetap tinggal dalam darah, maka IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk  bakteremia dan virus. Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.
4.      ImunoglobulinE (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada Mast Cells dan Basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari Mast Cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan memicu respon alergi  Anafilaktik melalui pelepasan zat perantara. Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi, konsentrasi IgE akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing.
5.      ImunoglobulinD (IgD)
Antibodi ini fungsi keseluruhannya belum diketahui secara jelas. Dalam serum IgD ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan IgD merupakan antibodi inti sel. Zat ini juga terdapat pada sel penderita leukemia getah bening. Telah dibuktikan pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila berada pada permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih fungsinya IgM dan Imunoglobulin lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi lebih jauh. 





C.     Sifat-sifat fisika dari lima kelas utama immunoglobulin
Nama (WHO)
IgG
IgA
IgM
IgD
IgE
Angka sedimentasi
7S
7S,9S, 11S*
19S
7S
8S
Berat molekul
150.000
160.000 dan dimmer
900.000
185.000
200.000
Jumlah unit 4-peptida dasar
1
1, 2*
5
1
1
Rantai berat (H)
γ
Α
μ
Δ
ε
Rantai ringan
κ, λ
κ, λ
κ, λ
κ, λ
κ, λ
Susunan molekul
γ2κ2
γ2κ2
(α2κ2)1-2
(α2λ2) 1-2
(α2κ2) 2S*
(α2λ2) 2S*
(μ2κ2)5
(μ2λ2)5
δ2κ2
δ2λ 2 (?)
ε 2κ2
ε2λ 2
Valensi untuk mengikat antigen
2
2, 4
10
2
2
Konsentrasi serum normal (mg/ml)
8-16
1,4-4
0,5-2
0-0,4
17-450 **
% imunoglobulin total
80
13
6
0-1
0,002
% karbohidrat
3
8
12
13
12
* = bentuk dimmer dalam sekresi mempunyai komponen S
** = 1ng = 10-9 g
D.    Sifat-sifat biologi lima kelas utama immunoglobulin manusia

IgG
IgA
IgM
IgD
IgE
Sifat utama
Ig terbanyak dalam cairan tubuh
Ig utama dalam sekresi
Aglutinin efektif produksi dini reaksi imun
Terdapat pada permukaan limfosit bayi
Timbul pada infeksi parasit, penyebab atopic allergy
Ikatan komplemen
+
+
Tembus plasenta
+
Melekat pada mast cell dan sel basofil
+
Daya pelekatan pada makrofag
+
+/-






BAB III
PEMBAHASAN

A.    Imunoglobulin Intravena
Imunoglobulin intravena (IVIG) adalah produk darah yang disiapkan dari serum antara 1000 dan 15 000 donor per batch. Ini adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan kekurangan antibodi. Untuk  indikasi ini, IVIG digunakan pada dosis dari 200-400 mg/kg berat badan, diberikan sekitar 3 mingguan. Sebaliknya, dosis tinggi IVIG, diberikan paling sering pada 2g/ kg/bulan,  digunakan sebagai agen 'imunomodulator dalam peningkatan jumlah gangguan kekebalan tubuh dan peradangan. Penggunaan awal IVIG adalah untuk thrombocytopenic purpura (ITP) pada anak-anak. Spesialisasi klinis menggunakan jumlah terbesar dari IVIG adalah neurologi, hematologi, imunologi, nefrologi, dan dermatologi. IVIG memiliki dampak besar pada pengobatan gangguan neurologis termasuk dermatomiositis, Sindrom Guillain - Barre, inflamasi kronis demielinasi polineuropati (CIDP), motorik multifokal neuropati (MMN), myasthenia gravis dan sindrom Stiff Person (orang kaku). Dalam hematologi digunakan untuk mengobati cytopenias, aplasia Parvovirus B19 terkait sel darah merah, hypogammaglobulinemia sekunder myeloma dan limfatik kronis leukemia dan pasca transplantasi sumsum-tulang. Di imunologi IVIG digunakan dalam pengobatan antibodi defisiensi primer ( PAD ), dalam nefrologi, dan ophthalmology telah digunakan untuk mengobati vaskulitis, sistemik lupus erythematosus (SLE), pemfigoid membran mukosa dan uveitis dan dalam dermatologi itu paling sering digunakan untuk mengobati sindrom Kawasaki, dermatomiositis, epidermal toksik nekrolisis dan penyakit Blistering disease (Tabel 1). Perkembangan terakhir dalam pemahaman mekanisme aksi IVIG, arus utama penggunaan klinis berkonsentrasi pada kondisi dengan lebih baik mendasarkan basis bukti penggunaan IVIG.

B.     Sediaan Imunoglobulin
Serum imunoglobulin manusia disediakan dalam bentuk fraksi alkohol yang diambil dari sediaan banyak donor yang sedang dalam masa penyembuhan dari beberapa penyakit, baru saja mendapat vaksinasi atau yang dalam pengamatan mempunyai antibodi yang cukup. Serum protein dipisahkan dalam suhu dingin dengan cara presipitasi dengan alkohol pada kekuatan ion dan PH rendah. Prosedur ini pertama kali dijelaskan oleh Cohen 1944 dan sampai sekarang masih digunakan. Fraksi tersebut kemudian dipisahkan dari serum protein dan virus hepatitis. IgG terdiri dari 95-99% fraksi serum. Bagaimanapun bagian dari Ig A, Ig M, Ig D dan Ig e juga tersedia. Tetapi bukan merupakan terapi yang signifikan karena konsentrasinya yang rendah dan masa paruh yang cepat. WHO menetapkan beberapa kriteria untuk produksi imunoglobulin intravena. Dalam prakteknya semua plasma di skrining untuk hepatitis virus B, HIV dan tidak ada peningkatan enzim transaminase. Dalam sediaan yang dipasarkan diambil plasma dari 3000 sampai 6000 donor yang terdiri dari spektrum antibodi yang luas. Setiap sediaan harus mengandung antibodi yang cukup terhadap polio, Campak, Hepatitis B dan Diteri.
Tabel 1. Sediaan imunoglobulin intravena
 

 Sediaan Imunoglobulin Intravena lain:
a.       Intragam P – CSL Bioplasma. Sediaan steril, bebas larutan dari imunoglobulin G 60 mg/ml yang diambil dari donor Australia melalui Australian Red Cross Blood Service.
b.      Intragam P mengandung hanya Ig A dengan cairan pelarut 100 mg.ml maltosa. tersedia dalam 3 gram/ 50 ml dan 12 gram/ 200 ml
c.       Sandoglobulin NF liquid – CSL Bioplasma, mengandung Ig G steril tanpa larutan. Sediaan terdiri dari 6 gram/ 50 ml dan 12 gram/ 100 ml
d.      Octagam-Octapharma. Sediaan steril, bebas larutan dari Imunoglobulin G 60 mg/ml yang diambil dari banyak donor. Etrsedia dalam kemasan 1 gram/20 ml vial dan 2,5 gram/ 50 ml, 5 gram/100ml dan 10 gram/200 ml


C.    Proses kerja immunoglobulin intravena
Pada imunodefisiensi primer dan defisiensi antibodi fungsional imunoglobulin intravena berfungsi sebagai terapi pengganti. Beberapa mekanisme kerja dari imunoglobulin intravena disebutkan sebagai berikut :
1.      Blok Reseptor Fc. Tambahan molekul IgG eksogen berikatan pada Fc reseptor sel target dan menghambat akses terhadap sel etrsebut. Ini untuk mencegah anti platelet adn antibodi lain berikatan dengan sel ini
2.      Aksi Imunomodulator. Imunoglobulin intravena berikatan pada reseptor Fc dari limfosit T dan B yang dapat menghambat sintesis antibodi sel B dan atau meningkatkan aktivitas regulasi dari sel T helper atau supresor
Gambar 2. Aksi Imunomodulator Imunoglobulin pada sel B dan sel T
Tanda panah menunjukan terget efek dari Imunoglobulin. Imunoglobulin mempengaruhi dalam produksi antibodi dari sel B, yaitu meningkatkan atau menurunkan produksi antibodi, menetralisasi auto antibodi dari patogen dan sel T super antigen, meningkatkan aktivasi dan fungsi dari sel T serta produksi CD4 sel T dari sitokin yang dimediasi oleh sel T Helper 1 dan 2 serta mengontrol pertumbuhan sel.
3.      Aanti idiotype antibodi. Ikatan antigen dari molekul imunoglobulin disebut daerah idiotype (lihat gambar) bagian anti idiotype imunoglobulin intravena ini dapat menghambat produksi dari patogen auto antibodi. Penyakit auto imun diperkirakan adalah akibat adanya pemecahan dari jaringan regulatori antibodi. Imunoglobulin intravena dapat menyediakan defisiensi antibodi anti idiotype.
4.      Anti Inflamasi. Imunoglobulin intravena menurunkan produksi sitokin dan mediator inflamasi lain seperti monosit dan makrofag dan antagonis terhadap interleukin. Imunoglobin intravena juga meningkatkan daya larut kompleks imun pada penyakit inflamasi sistemik. Imunoglobulin intravena secara konvalen berikatan dengan sel endotelial. Penelitian tambahan diperlukan untuk menjelaskan mekanisme sebenarnya dari imnoglobulin intravena.

D.    Penggunaan Imunoglobulin Intravena
1.    Penggunaan di bidang Hematologi
Terapi Imunoglobulin pertama sebagai imunomodulator dalam pengelolaan ITP, meskipun dalam ITP dewasa beberapa penelitian sekarang menunjukkan bahwa steroid saja dapat meningkatkan jumlah trombosit kecuali klinis perdarahan hebat. Hemolitik anemia pada penyakit sel sabit dan setelah transfusi pada limfoma dapat terjadi meskipun tes antiglobulin langsung (DAT) dan autoantibody negatif. IVIG ditunjukkan untuk mencegah bentuk anemia dalam serangkaian kecil tiga pasien dari kelompok, dijelaskan dalam bentuk poster menunjukkan bahwa mekanisme lain, selain dari blokade FCR. Acquired hemofilia juga merespon terapi hdIVIG. Namun, meskipun keberhasilan awal meta - analisis terbaru menunjukkan bahwa IVIG ​​masih berhubungan dengan tingkat respons rendah dan tidak direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. IVIG untuk mencegah infeksi cytomegalovirus (CMV) setelah sumsum tulang transplantasi (BMT). 
IVIG mungkin hanya untuk pasien yang hypogammaglobulinaemic  (IgG<4 g/l) setelah BMT. Dokter anak telah menggunakan IVIG pada 0,5 g/kg dalam dosis tunggal pada hari pertama kehidupan pada anak-anak dengan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Efektif dalam mengurangi hemolisis dan karenanya mengurangi kebutuhan untuk transfusi tukar. Orang dewasa dengan defisiensi antibodi sekunder (SAD) yang berhubungan dengan leukemia limfositik kronis dan myeloma keduanya telah terbukti manfaat dengan IVIG, jika tidak mampu respon memadai terhadap imunisasi dengan polisakarida antigen (Pneumovax II). Meskipun klinis kemanjuran IVIG di SAD diterima, costeffectiveness nya telah dipertanyakan, profilaksis antibiotik terus menerus dengan kotrimoksazol sendiri telah terbukti efektif dalam myeloma, meskipun ada kejadian yang signifikan dari efek samping, sehingga mendorong untuk uji acak membandingkan profilaksis antibiotik dengan IVIG dalam kelompok penyakit ini.
2.      IVIG pada penyakit Neurologis autonom
Sindrom Guillain – Barre Cochrane review sistematis telah menunjukkan bahwa IVIG berkhasiat sama dengan pertukaran plasma dalam pengobatan pasien dengan paralitik sindrom Guillain - Barre akut (GBS). apakah IVIG efektif pada orang dewasa dengan penyakit ringan atau pada mereka yang memulai pengobatan lebih dari 2 minggu setelah timbulnya gejala tidak pasti. Tidak ada bukti bahwa menggabungkan IVIG dengan sebelumnya pertukaran plasma adalah manfaat sama, menggabungkan steroid puls dengan IVIG tidak menawarkan manfaat. Meskipun tidak ada percobaan acak dari IVIG di anak GBS bukti dari percobaan dewasa telah cukup persuasif untuk IVIG untuk direkomendasikan untuk anak-anak dengan GBS.
3.      Multifocal motor neuropathy with conduction block
Multifokal neuropati motorik ( MMN ) dengan kelemahan otot asimetris distal yang mungkin keliru untuk penyakit neuron motorik, tetapi dibedakan electrophysiologically dengan lokal blok konduksi motorik. IVIG adalah pengobatan pilihan di MMN, steroid memiliki sedikit efek dan mungkin memperburuk penyakit. Beberapa percobaan terkontrol secara acak telah menunjukkan bahwa IVIG meningkatkan kekuatan otot, skor cacat neurologis dan dapat membalikkan blok konduksi. IVIG sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang yang bermanfaat pada banyak pasien.
4.      Chronic inflammatory demyelinating neuropathy (CIDP)
Adalah neuropati simetris progresif yang ditandai klinis oleh kelemahan proksimal dan distal, kehilangan sensori dan areflexia. IVIG semakin menggantikan steroid (gabungan dalam beberapa kasus dengan pertukaran plasma), yang sampai sekarang merupakan pengobatan tradisional untuk CIDP. Bukti dari acak uji coba terkontrol menunjukkan bahwa IVIG menunjukkan keberhasilan yang sama steroid dan pertukaran plasma, setidaknya dalam jangka pendek. IVIG lebih disukai sebagai terapi lini pertama untuk CIDP mengingat morbiditas terkait dengan terapi steroid jangka panjang. Memang, pasien dengan MMN dan mereka dengan murni bermotor CIDP mungkin memburuk setelah steroid. Gabungan pengobatan dengan IVIG dan steroid menawarkan manfaat tambahan tidak diketahui.
5.      Dermatomyositis dan miopati inflamasi lainnya
Miopati inflamasi proksimal yang merupakan karakteristik dermatomiositis (DM) adalah patogenesis kekebalan terkait dengan microangiopathy tergantung komplemen di otot yang terkena. Manfaat IVIG pada pasien dengan DM refrakter terhadap terapi imunosupresif standar ditunjukkan dalam uji coba terkontrol plasebo secara acak pada tahun 1993. Apakah IVIG lebih unggul dari steroid sebagai terapi lini pertama untuk DM tidak diketahui. Dalam polymyositis, IVIG telah terbukti berguna dalam uji terbuka tetapi belum mengalami percobaan acak. Bukti dari percobaan acak tidak mendukung penggunaan IVIG dalam myositis.
6.      Defects of the neuromuscular junction
Myasthenia gravis (MG), gangguan ini ditandai dengan fluktuasi, kelemahan otot yang disebabkan oleh antibodi terhadap asetilkolin reseptor. Satu-satunya RCT sampai saat ini menunjukkan bahwa IVIG adalah efektif sebagai pengganti plasma exchange untuk eksaserbasi myasthenia. Dalam prakteknya, IVIG dicadangkan untuk pasien dengan MG refraktori atau toleran terhadap terapi standar atau sebagai pengganti dari plasma tukar.
7.      Lambert–Eaton syndrome (LEMS)
Sindrom Lambert-Eaton (LEMS)  yang menyajikan dengan campuran fitur miopati dan myasthenia terkait kuat dengan antibodi terhadap tegangan saluran kalsium (VGCC). LEMS dikaitkan dengan underlying karsinoma paru-paru sel kecil sekitar 60% dari pasien. IVIG telah ditunjukkan dalam RCT untuk menghasilkan perbaikan jangka pendek kekuatan otot. Saat ini, IVIG digunakan untuk pasien dengan LEMS yang tidak responsif terhadap terapi imunosupresif standar.
8.      Sindrom Stiff-Person
Sindrom orang kaku- adalah gangguan langka yang ditandai dengan kekakuan otot episodik berat dan kejang yang berhubungan dengan titer tinggi antibodi terhadap dekarboksilase asam glutamat (GAD). Antibodi anti-GAD menonaktifkan GAD, membatasi enzim untuk sintesis butirat gamma amino acid (GABA), suatu neurotransmitter inhibisi utama. Ada bukti dari satu-satunya RCT, IVIG yang secara signifikan mengurangi kekakuan otot pada penyakit ini. Karena obat yang meningkatkan GABA hanya menghasilkan perbaikan gejala sederhana, IVIG kemungkinan akan dipertimbangkan sebagai pengobatan pilihan.
9.      Multiple sclerosis
Efek menguntungkan dari IVIG dalam mengurangi frekuensi relaps pada hilang-timbul MS adalah sama besarnya dengan yang dicapai dengan beta-interferon dan glatiramer asetat. Sebuah tinjauan Cochrane baru-baru ini IVIG menyimpulkan bahwa di MS ada bukti yang mendukung penggunaannya untuk mencegah hilang-timbul penyakit, masih perlu satu penelitian lebih lanjut untuk memungkinkan kesimpulan yang lebih kuat untuk ditarik. Sebaliknya, IVIG dibuktikan tidak bermanfaat di MS progresif sekunder.














DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar