Minggu, 26 Juni 2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN “SUSPENSI”



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID
                                          “SUSPENSI”                       



Ummu Choridah Ummah    (14040057)
                                                                            


LABOLATORIUM FARMASETIKA SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Syech Nawawi ( Raya Pemda Tigaraksa) Matagara No. 13 Km.14 Tangerang Banten




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawaan air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispersi pada saat akan digunakan. Beberapa obat dengan berbagai efek samping yang menyebabkan gangguan pada organ lain setelahnya membuat ahli farmasi memikirkan secara mendalam tentang pengmbangan sediaaan obat yang mudah terabsorbsi dan memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Suspensi atau yang bias kita sebut dalam bahasa latin suspensiones dalam pembuatannya pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut didalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. Kadang-kadang adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain kontaminan. Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ nya mereka mengambang pada permukaan cair. Sedangkan pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari suspensi medium.
Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan. Serbuk dengan kontak ± 900 akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang dibawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukan tidak adanya sudut kontak.
Dalam pembuatan  suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) adalah sangat berguna dalam penurunan tegangan antara muka antara partikel padat dan cairan pembawa. Sebagai akibat turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak, dan pembasahan akan dipermudah.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa fsaktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah ukuran partikel, kekentalan (viskositas), jumlah partikel (konsentrasi) dan sifat atau muatan partikel.
Praktikum ini dilakukakan untuk dapat mengetahui stabilitas dan viskositas suspensi dengan menghitung drajat flokulasi, metode pembuatan susoensi dengan cara presipitasi dan dispersi.
B.     Tujuan  
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi sedian suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan suspensi meliputi :
1.      Menghitung derajat flokulasi
2.      Prbedaan metode pembuatan suspensi
3.      Pengaruh tipe alat terhadap stabilitas suspensi.

C.    Manfaat
1.      Bagi mahasiswa
a.       Menyelesaikan tugas mata kuliah Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid dan Liquid
b.      Memberikan pengalaman baru untuk bidang fomulasi
2.      Bagi Masyarakat
a.       Sebagai referensi pembuatan formulasi suspensi
b.      Pengetahuan baru tentang suspensi.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
Yang terdispersi dalam fase cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan., sedangkan yang lain berupa campuran padat dalam bentuk halus yang harus dikontitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini disebut “Untuk Suspensi Oral”.
Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit . losion eksternal harus mudah menyebar didaerah pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam kategori ini.
Supensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea, suspensi obat mata tidak boleh digunakan jika terdapat masa yang mengeras atau terjadi pengumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya (syringe ability) serta tidaka disuntikkan secara intra vena atau kedalam larutan spiral.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B.     Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbulan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang memengaruhi stabilitas suspensi ialah:

C.    Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandinga terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier. Artinya semakin kecil ukuran partiker semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama). sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekanan keatas cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

D.    Kekentelan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran aliran tersebut, seakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan Hukum Stokes.
 



            Keterangan: V = kecepatan aliran
                                 d = diameter partikel
                                 p = bobot jenis partikel
                                 p̥ = bobot jenis cairan
                                 g = gravitasi
                                 դ = viskositas cairan
E.     Jumlah Partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapana zat tersebut, oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu singkat.

F.     Sifat atau Muatan partikel
Suatu Suspensi  Kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama dengan demikian, ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat memengaruhiny.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Jika partikel mengendap, partikel tersebut akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregrasi dan selanjutnya membentuk compacted cake, peristiwa itu disebut “caking”.
Jika dilihat dari faktor-faktor di atas, maka faktor konsentrasi dan sifat partikel tersebut merupakan faktor yang tatap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam . yang dapat diubah atau disesuaikan adlah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan memngunakan mixer, homognizer, colloid mill, dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan menambahkan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut suspending agent (bahan pensuspensi), yang umumnya bersifat mudah mengembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan sebagai bahan pensuspensi dari alam dan bahan pensuspensi sintetik.
Bahan Pensuspensi dari Alam
Bahan alam dari jenis go sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom  dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut mambentuk musilago atau lendir. Dengan terbentuknya misilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan musilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermantasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan percobaan berikut.
“Simpan dua botol yang berisi musilago sejenis. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati, ternyata botol yang ditambah asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibandingkan dengan botol tanpa pemanasan”.
Golongan gom meliputi:
a.              Akasia ( Pulvis Gummi Arabic)
            Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat asam. Vikositas optimum musilagonya adalah antara pH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi di luar pH 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago Gom arab dengan kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative).
b.             Chondrus
       Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Ekstrak dari Chondrus disebut “karagen”. Yang banyak dipakai oleh industri makanan. Karagen merupakan derivat dari sakarida sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan memerlukan penambahan pengawet untuk suspensi tersebut.
c.       Tragakan
            Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gummifera. Tragakan sangat lambat  mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan Mustilago tragakan lebih kental dari pada musilago dan Gom arab. Musilago tragakan hanya baik sebagai stabilisator suspensi, tapi bukan sebagai emulgator.
d.            Algin
            Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Di perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai bahan pensuspensi umumnya 1-2%.
G.    Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom
Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonit, hectorite, dan veegum. Jika tanak liat dimasukkan kedalam air, mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan, peristiwa ini disebut  “tiksotrofi”. Karena peristiwa tersebut kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas suspensi menjadi lebih baik.
Ketiga tanah liat tersebut bersifat tidak larut dalam air sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkan pada campuran suspensi. Keuntungan penggunaan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbihidrat.
Bahan Pensuspensi Sintesis
a.       Derivat selulosa
Termasuk kedalam golonga ini adalah metil selulosa (methosoll, tylose), karboksimetilselulosa (GMC), hidroksimetil selulosa. De belakang nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan cairan pelarut untuk meningkatkan viksositasnya. Semakin besar angkanya, kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur atau desin tregator dalam pembuatan tablet.
b.      Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Organik polimer berupa serbuk putih, bereaksi asam, sediki larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakainannya sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ±1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkanpenurunan viskositas larutannya.

H.    Cara Mangerjakan Obat dalam Suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut.
Metode Dispersi
     Meode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kotaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuk diudara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya bentuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak ±90%, serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent



Metode fresifikasi
     Zat yang hendak di despersikan dilarutkan dahulu kedalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan denga larutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan harus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah ethanol, propilen glikol, dan polietilenglikol.
            Sistem pembentukan suspensi
     Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
            Sistem deflokulasi
Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sediner kan terjadi agregrasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi
1.      Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya.
2.      Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengandap terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling kecil.
3.      Sedimen terbentuk lambat.
4.      Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali.
5.       Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut


Flokulasi
1.      Partikel merupakan agregat yang bebas.
2.      Sedimantasi terjadi cepat.
3.      Sedimentasi terbentuk cepat
4.      Sdedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
5.      Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimantasi terjadi cepat dan di atasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
Formulasi Suspensi
Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu:
1.      Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga pertikel deflokulasi dalam suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidro koloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
2.      Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensi kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi
1.      Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2.      Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasanya larutan elektrolit, surfaktan, atau polimer.
3.      Diperoleh suspensi flokulasi sebagai pruduk akhir.
4.      Jika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle.
5.      Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan, atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuattan negatif, dan sebaliknya. Contohnya, untuk suspensi bismutsubnitrat yang bermuatan nehatif yaitu kalium fosfat monobase. Untuk suspensi sulfonamida yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AICI³ (aluminium triklorida).
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain dengan penambahan bahan pengawet. Bahasa ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
      Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil parabenzoat (1:1250), propil parabenzoat (1:4000), Nipasol, Nipagin ±1%.
      Di samping itu, banyak pula digunakan garam kompleks merkuri sebagai pengawet, karena hanya diperlukan jumlah yang kecil, tidak toksis, dan tidak iritasi, misalnya fenil merkuri nitrat, fenil merkuri kloroda, fenil merkuri asetat.
Penilaian Stabilitas Suspensi
1.      Volume sedimentasi
Adalah perbandingan antara volume sedimentasi akhir (Vµ) terhadap volume mula-mula suspensi (Vо) sebelum mengendap.

                                                F =

2.      Derajat flokulasi
Adalah perbandingan antara volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vµ) terhadap volume sedien akhir suspensi deflokulasi (Vос).
                        Derajat flokulasi =



3.      Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4.      Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thaw cycling, yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.





















BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
A.    Alat dan bahan
No
Alat
No
Bahan
1
Alat volumetric
1
Sulfadiazina
2
Alat – alat pembuatan suspense (mixer)
2
Sulfamerazina
3
Tabung reaksi 20 ml (minimal 20 buah)
3
Sulfadimidina


4
Asam sitrat


5
CMC-Na


6
Metil paraben


7
NaOH


8
Gula


9
Etanol


10
Sodium laurel sulfat (SLS)


11
AlCl3+


12
aquadest
B.     Percobaan dan evaluasi
A.    Menghitung derajat flokulasi
1.      Buatlah disperse sulfadiazine dengan formula sebagai berikut :
formula
A
B
C
D
E
sulfamirazina
6 g
6 g
6 g
6 g
6 g
SLS
60 mg
60 mg
60 mg
60 mg
60 mg
AlCl3
-
6 mg
12 mg
18 mg
30 mg
Aquadest ad
60 ml
60 ml
60 ml
60 ml
60 ml


2.      Cara pembuatan
a.       Larutkan SLS ke dalam sebagian aquadest
b.      Serbuk sulfmerazina didispersikan dalam larutan yang mengandung SLS, aduk smpai semua serbuk terbasahi, jika perlu tambahkan sedikit aquadest
c.       Tambahkan larutan AlCl3 secar seksama pada formula – formula B,C,D, dan E. aduk sampai homogeny dan tejadi suatu disperse terflokulasi
d.      Disperse kemudian di tuang ke dalam tabung reaksi berskala (sekitar 10-12 ml),di tmbah aqudest sampai 60 ml, di gojog homogen
e.       Tempatkan tabung dalam rak.catat tinggi pengendapan pada waktu tertentu : 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 60 menit. Amati pula soernatannya.
f.       Tentukan suspensi yang deflokulasi dan suspense  yang flokulasi serta buat grafik waktu vs harga F untuk ke lima formula tersebut
g.      Hitunglah derajat flokulasi suspense dengan rumus (1.5)

B.     Mengenal metode pembuatan suspensi :
Formula : Tiap 5 ml mengandung :
 R/ sulfamerazina                          167 mg
      Sulfadimidina                         167 mg
      Asam sitrat                              200 mg
      CMC – Na                              50   mg
      Metil paraben                          5     mg
      NaOH                                     100 mg
      Sirup simpleks                         1,5  ml
      Etanol                                      50   µl
      Aquadest ad                            5     ml
Tiap formula di buat sebanyak 200 ml
1.      Cara respirasi ( perhatikan dengan seksama langkah – langkahnya dengan cara dispersi!)
a.       CMC – Na di suspensikan dalam air panas, distirer dengan kecepatan 120 rpm. Tambahkan air dingin (air es) dan dinginkan sampai temperature kamar (25 ͦ c), stirrer selama 60 menit atau hingga terbentuk larutan yang jernih.
b.      Metal paraben di larutkan dalam etanol
c.       Campurkan 2 sulfa di atas di tambah metal paraben
d.      Larutkan NaOH dalam sebagian air, kemudian di tambahkan pada campuran kedua sulfa tersebut.
e.       Tambahkan (a) sambil di aduk, kemudian (b) dan homogenkan. Lalu tambahkan sirup simpeks (sirup simpleks di buat dahulu gula dan air dengan perbandingan 65:35,pemanasan jangan terlalu tinggi)
f.       Sambil di aduk, tambahkan larutan asam sitrat ke dalam cmpurn
g.      Tempatkan suspense dalam tabung reaksi yang telah di beri skala untuk pengamatan.

2.      Cara dispersi
a.       CMC – Na di suspensikan dlm air panas,distirrer dengan kecepatan 120 rpm. Tambahkan air dingin ( air es ) dan dinginkan sampai temperature kamar ( 25 ͦ C ). Stirrer selama 60 menit atau hingga terbentuk larutan yang jernih.
b.      Larutkan metal paraben dalam etanol
c.       Campurkan ke dua sulfa di atas
d.      Ke  dalam campuran sulfa, tambahkan larutan CMC – Na sedikit demi sedikit sambil di aduk hingga homogeny. Tambahkan juga larutan metal paraben, sirup simpleks,larutan asam sitrat dan larutan NaOH sambil di homogenkan..
e.       Tempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah di beri skala untuk pengamatan..

3.      Lakukan evaluasi suspense yang meliputi :
a.       Orgnoleptisnya
b.      Volume sedimentasi, hitung tinggi endapan atau tinggi supernatannya, pilih salah satu cara saja
c.       Diameter rata – rata partikel dengan mengamati 500 partikel, dengan menggunakan metode mikroskopik dengan alat mikromiretik, buatlah range pengukuran ke dalam beberapa ukuran. Misal 1 – 10 um, 10 – 20 um, dst
d.      Gambarkan bentuk Kristal partikel suspensi, bandingkan perbedaannya dari kedua metode pembuatan.
e.       Pengamatan di lakukan pada hari ke: 0, 1, 2, dan 3 dan bandingkan hasil yang di peroleh dengan cara  presipitasi dan dispersi
f.       Redispersibilitas
Suspensi yang di buat dengan cara presipitasi  dn disperse dimasukkan dalam tabung  kemudian di letakkan pada alat uji, diputar 360 ͦ  pada 20 rpm sampai semua endapan terdispersi kembali. Catat  waktu yang di perlukan untuk semua endapan terdispersi kembali. Di ulangi sebanyak 3 kali. Lakukan percobaan pada hari ke: 1 dan 3.
g.      Ukuran viskositas
h.      Ukuran pH
i.        Boleh ditambahkan jenis ujinya, jika peralatannya tersedia.






BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Menghitung derajat Flokulasi
1.      Buatlah dispersi sulfamerazin dengan formula sebagai berikut :
Formula
A
Sulfamerazin
6 gr
SLS
60 mg atau 0,06 gr
Aquadest ad
60 ml

2.      Cara Pembuatan
a.       Melarutkan SLS 0,06 gr dengan menggunakan Aquadest secukupnya didalam lumpang.
b.      Menambahkan serbuk sulfamerazin kedalam lumpang berisi larutan SLS sedikit demi sedikit dengan menambahkan aquadest sampai semua terlarut.
c.       Melarutkan senyawa dengan menggunakan lumpang sampai homogen, dan kemudian dituangkan kedalam glas ukur.
d.      Menambahkan aquadest kedalam glas ukur yang berisi SLS dan serbuk sulfamerazin yang telah di homogenkan hingga 60 ml.
e.       Dilakukan pengukuran ketinggian endapan yang terjadi pada waktu 10, 20 dan 30 menit.
f.       Dilakukan pengamatan endapan pada hari pertama hingga hari ketiga.
g.      Dilakukan penggojokan pada hari ke tiga dan diamati tingkat kehomogenannya.
h.      Dilakukan penghitungan derajat flokulasi suspensi dengan rumus dibawah.



3.      Hasil
Waktu
Tinggi
10 menit
0,5 cm
20 menit
0,7 cm
30 menit
0,7 cm
1 hari
0,5 cm
2 hari
0,4 cm
3 hari
0,3 cm

a.       10 menit
Suspensi terjadi pengendapan selama 10 menit dengan ketinggian 0,5 cm. Dan terbentuk suspensi terflokulasi karena sedimentasi terjadi cepat, sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula ketika di gojok aytau di homogenkan kembali. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,25
Pada pengendapan selama 10 menit didapat volume pengendapan sebesar 0,25.
b.      20 menit
Larutan suspensi dalam jangka waktu 20 menit terbentuk endapan setinggi 0,7 cm dan terbentuk suspensi terflokulasi karena sedimen mudah terdispersi kembali seperti semula. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,35  
Pada pengendapan selama 20 menit didapat volume pengendapan sebesar 0,35.


c.       30 menit
Larutan suspensi dalam jangka waktu 30 menit terbentuk endapan setinggi 0,7 cm dan terbentuk suspensi terflokulasi karena sedimen mudah terdispersi kembali seperti semula. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,35
Pada pengendapan selama 30 menit didapat volume pengendapan sebesar 0,35.
d.      1 Hari
Larutan suspensi pada hari pertama dilakukan pengamatan dipagi hari dan didapat endapan setinggi 0,5 cm, dan membentuk cake yang mudah larut kembali bila digojok. Disimpulkan pada hari pertama larutan suspensi hari pertama terdeflokulasi tidak sempurna karena membentuk cake yang tidak begitu keras karena dalam dua kali gojokan cake kembali homogen. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,25 
Pada pengendapan selama 1 Hari (24 jam) didapat volume pengendapan sebesar 0,25.
e.       2 Hari
Pengamatan larutan suspensi pada hari ke dua didapatkan endapan setinggi 0,4 cm, dan membentuk cake yang cukup keas karena ketika digojokan dua kali masih tersisa cake yang belum larut, sehingga disimpulkan larutan suspensi pada hari ke dua terdefokulasi cukup sempurna karena sedimentasi terbentuk lambat. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,2 
Pada pengendapan selama 2 Hari (48 jam) didapat volume pengendapan sebesar 0,2.
f.       3 Hari
Pada hari ketiga atau hari terakhir pengamatan didapatkan endapan setinggi 0,3 cm dan terbentuk cake yang keras karena sukar terdispersi kembali ketika digojokkan berulang kali dan terbentuk kabut di atas endapan, hal ini menunjukkan bahwa larutan suspensi pada hari ketika terdeflokulasi sempurna dan dapat disimpulkan bahwa larutan suspensi pada hari ke tiga adalah wujud suspensi yang bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Juga terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut. Untuk menghitung tinggi volume pengendapan digunakan rumus seperti dibawah :
F =  =     =  0,15
Pada pengendapan selama 3 Hari (72 jam) didapat volume pengendapan sebesar 0,15.
g.      Derajat flokulasi
Dari percobaan diatas didapat volume pengendapan sebagai berikut:

10 menit
20 menit
30 menit
1 hari
2 hari
3 hari
Rata-rata
Terflokulasi
0,25
0,35
0,35
-
-
-
0,317
Terdeflokulasi
-
-
-
0,25
0,2
0,15
0,2
Mencari nilai deflokulasi (F~)
Diketahui        :V~ = 0,15 cm
                         Vo  = 2 cm
  =
Mencari nilai derajat flokulasi ( β )
β =  =

4.      Grafik waktu berbanding harga F
waktu
F (volume pengendapan terflokulasi)
10 menit
0,25
20 menit
0,35
30 menit
0,35
1 hari
0,25
2 hari
0,2
3 hari
0,15


B.     Mengenal metode pembuatan susoensi
Formula           : Tiap 5 ml mengandung
                          R/      Sulfamerazin               167 mg
                                    Sulfadimidina             167 mg
                                    Asam Sitrat                 200 mg
                                    CMC-Na                       50 mg
                                    Metil Paraben                  5 mg
                                    NaOH                         100 mg
                                    Sirup Simplex                1,5 ml
                                    Etanol                             50 µl
                                    Aquadest ad                    5 ml
                         Tiap formula dibuat sebanyak 200 ml

1.       Perhitungan dan penimbangan
a.       Sulfamerazin 167 mg
Diambil =  167 mg    x    =  6680 mg  = 6,68 gr
b.      Sulfadimidina 167 mg
Diambil = 167 mg     x    =  6680 mg  = 6,68 gr
c.       Asam Sitrat 200 mg
Diambil = 200 mg     x    =  8000 mg   = 8 gr
d.      CMC-Na 50 mg
Diambil  = 50 mg      x      = 2000 mg   = 2 gr
e.       Metil Paraben 5 mg
Diambil  = 5 mg       x     = 200 mg     = 0,2 gr
f.       NaOH 100 mg
Diambil  = 100 mg   x     = 4000 mg   = 4 gr
g.      Sirup Simplex 1,5 ml
Diambil  = 1,5 ml    x          = 60 ml
h.      Etanol 50 µl
Diambil =  50 µl     x             = 2000 µl = 2 ml
2.      Cara Pembuatan Presipitasi
1.      Membuat sirup silplex dengan melarutkan 325 gr Glukosa dalam 500 ml air panas hingga larut di dalam erlenmayer (untuk penggunaan 4 kelompok).
2.      Melarutkan Metil Paraben dengan Etanol secukupnya pada lumpang 1.
3.      Mencampurkan Sulfamerazin dan Sulfadimidina dalam lumpang besar.
4.      Melarutkan NaOH dalam aquadest secukupnya pada lumpang 2, kemudian menambagkan larutan NaOH ini pada lumpang besar yang berisi sulfamerazin dan Sulfadimida.
5.      Memasukkan CMC-Na dalam lumpang besar aduk terus menerus ditambahkan sedikit demi sedikit Asam Sitrat sambil diaduk rata.
6.      Kemudian menambahkan Sirup Simplex sedikit demi sedikit kedalam lumpang besar sambil diaduk-aduk hingga homogen sempurna.
7.      Masukkan kedalam gelas ukur, aduk hingga homogen dan dilihat struktur suspensi yang terjadi.
8.      Dimasukkan kedalam botol, dan diamati pengendapannya setelah selang waktu satu hari.
9.      Kemudian di gojok kembali hingga homogen, diamati pengendapan yang terjadi setelahnya.
3.      Cara pembuatan Dispersi
1.      Melarutkan Metil Paraben dengan Etanol secukupnya pada lumpang 1.
2.      Melarutkan NaOH dalam aquadest secukupnya pada lumpang 2.
3.      Masukan air panas kedalam lumpang besar yang bersih dan kosong, kemudian dimasukkan CMC-Na kedalam lumpang sedikit demi sedikit sembari di aduk dengan cepat menggunakan mortir, hingga membentuk mualago.
4.      Masukkan Sulfamerazin dan sulfadinamida sedikit demi sedikit kedalam lumpang besar berisi CMC-Na aduk hingga homogen.
5.      Menambahkan larutan Metil Paraben kedalam lumpang besar, diaduk hingga homogen.
6.      Memasukkan sirup simplex sedikit demi sedikit sambil diaduk.
7.      Ditambahkan Asam Sitrat dan larutan NaOH sambil dihomogenkan.
8.      Memasukkan suspensi kedalam glas ukur untuk dilakukan pengamatan, amati strukturnya, bila tidak pecah maka suspensi dikatakan sempurna.
9.      Suspensi dimasukkan kedalam botol kaca untuk diamati pengendapan dan homogenitasnya dalam satu hari.
4.      Hasil
a.       Cara presipitasi
Larutan suspensi yang dibuat terbentuk suspensi yang homogen cukup sempurna dengan warna putih susu dan tidak pecah. Dengan pengamatan tinggi endapan pada hari pertama hingga hari ke 3, dan pengamatan organoleptis dihari ketiga dengan data sebagai berikut :
Waktu
Tinggi
1 Hari (24 jam)
4,5 cm
2 Hari (48 jam)
4,4 cm
3 Hari (72 jam)
4,3 cm

1.      1 hari
Dalam jangka waktu saru hari suspensi membentuk endapan setinggi 4,5 cm dan tingkat homogenitasnya tinggi. Dengan volume pengendapan sebagai berikut :
F =         =     =  0,5625
2.      2 hari
Pada hari ke dua didapat endapan setinggi 4,4 cm dan tingkat homogenitasnya baik. Dengan volume pengendapan sebagai berikut :
F =         =     =  0,55  
3.      3 hari
Pada hari ke tiga didapat endapan setinggi 4,3 cm dan tingkat homogenitasnya baik.dengan volume pengendapan sebagai berikut :
F =         =     =  0,5375

4.      Pada hari ke tiga dilakukan pengukuran pH dan didapat pH cara presipitasi dengan menggunakan pH indikator sebesar 6.
b.      Cara dispersi
Larutan suspensi yang dibuat terbentuk suspensi dengan homogenitas yang cukup baik, tidak terbentuk partikel yang pecah. Dengan pengamatan ketinggian endapan pada hari pertama hingga hari ketiga dan pengamatan organoleptis pada hari ke 3, didapat data sebagai berikut :
Waktu
Tinggi
1 Hari (24 jam)
1,6 cm
2 Hari (48 jam)
1,6 cm
3 Hari (72 jam)
1,6 cm

1.      1 hari
Jangka waktu satu hari penegndapan 1,6 cm. Dengan volume pengendapan sebagai berikut :
F =         =     =  0,192


2.      2  hari
Pada hari ke dua terdapat endapan setinggi 1,6 cm dan tingkat homogennitasnya baik. Dengan volume pengendapan sebagai berikut:
F =         =     =  0,192
3.      3 hari
Pada hari ke tiga terdapat endapan setinggi 1,6 cm dan tingkat homogennitasnya baik. Dengan volume pengendapan sebagai berikut:
F =         =     =  0,192
4.      Pada hari ke tiga dilakukan pengukuran pH dan didapat pH cara dispersi dengan menggunakan pH indikator sebesar 5.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan suspensi ini dilakukan untuk mengetahui drajat flokulasi dan mengenal metode pembuatan susoensi. Pada pembuatan formulasi pertama untuk mendapat perhitungan derajat flokulasi larutan suspensi dibuat dengan menggunakan larutan SLS sebagai pensuspensi dengan menggunakan waktu sebagai variable bebas dan larutan suspensi sebagai variabel tetap. Sehingga  didapatkan derajat flokulasi dari hasil pengamatan selama 3 hari dan didapat suspensi terflokulasi dan suspensi terdeflokulasi.
Pada pengamatan 10, 20, 30 menit didapat suspensi terflokulasi karena endapan tidak terbentuk cake melainkan masih berbentuk endapan serbuk dengan partikel yang berbetuk granul-granul kecil, hal ini menunjukkan bahwa suspensi dalam hitungan menit belum terbentuk suspensi yang baik sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata. 
Sedangkan kesimpulan yang didapat pada perhitungan derajat flokulasi hari pertama sampai hari ke tiga adalah terbentuk suspensi terdeflokulasi karena semakin lama waktu penyimpanan semakin kecil angka pengendapan atau semakin homogen karena pada waktu pengendapan yang lama terlihat ada endapan dan cairan atas berkabut. Ini menunjukkan bahwa suspensi yang bagus terjadi pada hari pertama hingga hari ke 3 karena semakin kecil angka pengendapan.
Formulasi ke dua dan ketiga dilakukan untuk mengenal metode pembuatan susoensi yaitu cara presipitasi dan cara dispersi dengan menggunakan karboksimetilselulosa (CMC) sebagai pensuspensi, CMC sendiri mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Veriabel bebas dari percobaan ini adalah pelarutan CMC, pada cara presipitasi CMC dilarutkan dengan menggunakan aquadest biasa, sedangkan cara dispersi disuspensikan dalam aquadest yang dipanaskan dan formula sebagai variable tetap.
Pada formulasi cara presipitasi semakin lama waktu pengendapan semakin kecil angka ketinggian endapan, ketinggian terkecil yang didapat pada hari ke 3 yaitu 4,3 cm. Pada cara presipitasi tidak terbentuk cake melainkan serbuk yang mengendap dan pada cairan diatas terlihat bening, menunjukkan suspensi yang kurang baik. pH yang didapat pada pengamatan dengan menggunakan pH indikator adalah 6.
Formulasi cara dispersi dengan melarutkan CMC dengan aquadest panas membuat serbuk homogen dengan baik, karena pada pengamatan ketinggian endapan angka ketingian konstan pada hari pertama hingga hari ke 3 yaitu 1,6 cm. Endapan terbentuk cake dan pada cairan diatas endapan terlihat keruh yang menunjukkan wujud suspensi baik. pH yang didapat pada pengamatan dengan menggunakan pH indikator adalah 5.
Dari kedua formulasi ini yang menunjukan metode yang lebih baik adalah metode dispersi karena terbentuk endapan yang lebih rendah dari pada endapan pada cara presipitasi. Pada cara dispersi terbentuk wujud suspensi yang lebih bagus.
Dengan pebandingan menggunakan berbagai literatur, ketiga formula dapat dinyatakan berhasil dalam segi pembuatan, pengamatan maupun perhitungan.
B.     Saran
1.      Pada saat perhitungan derajat flokulasi gunakan SLS yang baik.
2.      Lakukan pengamatan dengan teliti dan waktu yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan.
3.      Gunakan botol yang seragam untuk formulasi presipitasi dan dispersi, karena dengan menggunkan botol yang tidak seragam akan menghasilkan ketinggian endapan yang tidak akurat untuk mendapatkan perbandingan yang baik.
4.      Dalam pembuatan suspensi lebih baik menggunakan cara dispersi dengan melarutkan CMC pada air panas, karna akan menghasilkan suspensi yang baik.









LAMPIRAN
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar