KIMIA FARMASI
ANALISIS LANJUTAN
APLIKASI METODE
PEMISAHAN
![stfm.png](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
SEKOLAH
TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN
AJARAN 2015-2016
Jl. Syekh
Nawawi Km.4 No.13 Matagara, Tangerang - Banten
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Kimia
Farmasi Analisi Lanjutan dengan judul APLIKASI METODE PEMISAHAN dengan baik dan tepat
waktu.
Sholawat dan Salam juga
kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikut beliau dari dulu hingga akhir zaman
Terima kasih yang tak
terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Abdul Aziz Setiawan, M. Farm,Apt
selaku dosen mata kuliah Kimia Farmasi Analisis Lanjutan karena dengan adanya
tugas ini dapat menambah wawasan kami dan kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik dan tepat waktu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa besar
mereka.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas ini. Kami berharap semoga tugas Kimia Farmasi Analisi Lanjutan yang
berjudul APLIKASI METODE PEMISAHAN dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Tangerang, Maret
2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau
lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia.
Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai
susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan,baik dalam skala laboratorium
maupun skala industri.
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang
saling bercampur.
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan
pengetahuan dan keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan
kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu dalam ilmu kimia telah dikembangkan
berbagai cara pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari sampai metode
pemisahan dan pemurnian kompleks atau tidak sederhana
Ada beberapa jenis metode pemisahan yaitu filtrasi, sublimasi, kristalisasi,
destilasi, ekstraksi, adsorbsi dan kromatografi. Salah satunya metode
kromatografi yang memberikan cara pemisahan yang paling kuat dilaboratorium
kimia. Metode kromatografi karena pemanfaatanya yang leluasa, dipakai secara
luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar kita dapat
mengetahui materi mengenai metode pemisahan dan salah satu contoh dari aplikasi
metode pemisahan kromatografi kolom dan
lapis tipis
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari Kromatografi ?
2.
Apa
pengertian dari Kromatografi kolom ?
3.
Apa
pengertian dari Kromatografi Lapis Tipis ?
4.
Bagimana
Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian Yang
Berpotensi Sebagai Antioksidan dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ?
5.
Bagaimana Modifikasi Teknik Kromatografi Kolom Untuk
Pemisahan Trigliserida Dari Ekstrak Buah Merah ?
C.
Tujuan
1. Untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang Metode Pemisahan
2. Untuk
mengetahui tentang metode KLT, Ekstraksi, Kromatografi kolom
3. Untuk
mengetahui salah satu contoh aplikasi KLT, Ekstraksi, Kromatografi Kolom
4. Untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Farmasi Analisis Lanjutan
D. Manfaat
1. Mempermudah
memahami lebih dalam mengenai Metode
Pemisahan
2.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang Aplikasi Metode
Pemisahan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
- Pengertian Metode Pemisahan
Metode
pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan
dari suatu bahan,baik dalam skala laboratorium maupun skala industri
- Jenis-jenis Metode Pemisahan
1. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap.
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap.
2. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.
3. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali) Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali) Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.
4. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
5. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai untuk memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran.
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai untuk memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran.
6. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
Ekstraksi
adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan.
Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian
terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi
difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar
bahan.
Berdasarkan
proses dalam melakukanya. Ekstraksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a.
Ekstraksi cair-cair
b.
Ekstraksi padat-cair
c.
Ekstraksi super kritis
7. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan).
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan).
Kromatografi adalah pemisahan suatu
zat berdasarkan perbedaan kecepatan zat terlarut yang bergerak bersama-sama
dengan pelarutnya pada permukaan benda penyerap. Setiap zat kimia mempunyai kecepatan
yang berbeda pada pelarut tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
kelarutan setiap jenis zat yang akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan
untuk memisahkan zat-zat penyusun yang terdapat dalam suatu campuran. Pada
pemisahan menggunakan metode kromatografi, campuran larutan dilewatkan pada
permukaan zat yang tidak reaktif/tidak mudah bereaksi secara kimia (zat inert),
seperti silika, alumina, atau kertas khusus. Zat inert adalah fase diam karena zat tidak ikut bergerak bersama campuran.
Selain fase diam, terdapat juga fase bergerak. Fase bergerak dapat berupa gas
atau cairan. Disebut fase bergerak karena cairan atau gas tersebut akan
bergerak bersama-sama campuran melewati permukaan zat
inert (fase diam).
a. Kromatografi
terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1) Kromatografi
Kertas
Kromatografi
kertas adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan zat-zat
dalam pelarut serta, perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat
yang akan dipisahkan. Pemisahan dengan cara kromatografi kertas merupakan
penerapan konsep gaya antarmolekul, yaitu adhesi dan kohesi. Kromatografi
kertas sering dipakai untuk memisahkan zat-zat warna penyusun tinta atau bahan
perwarna lainnya.
penyusunnya.
2) GLC
(Gas Liquid Chromatography)
Diagram Kromatografi Gas
![Diagram-Kromatografi-Gas-300x196 (1)](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.png)
GLC
merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fasa gerak
yang digunakan adalah gas dan fasa diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari
kromatografi gas misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari
zat-zat yang tidak kita ketahui, seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin.
Waktu analisa menggunakan GLC cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen
yang lebih kompleks, beberapa instrumen penting dalam GLC adalah sebagai
berikut :
a) Gas
pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni. Diantara
gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen dan argon.
b) Pengontrol
aliran
c) Injektor
atau tempat untuk menyuntikkan sampel
d) Kolom
e) Detektor,
merupakan instrumen yang berfungsi untuk merupakan sinyal analitik menjadi
sinyal listrik.
f) Rekorder,
merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal mekanik
agar bisa dibaca dalam bentuk data.
Gambar
Instrumen Kromatografi Gas
![Instrumen-Kromatografi-Gas (1)](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.jpg)
3) HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
Gambar Instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
![Instrumen-Kromatografi-Cair-Kinerja-Tinggi (1)](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg)
Teknik
pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan kromatografi
lainnya, diantaranya adalah: cepat dalam proses analisa, resolusi yang lebih
tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yang dipakai dapat
digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar dan berionik dan
mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh dibilang sebagai teknik tercanggih
dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem instrumen seperti pada
kromatogarfi gas. Di dalam teknik ini juga digunakan tekanan dan kecepatan yang
cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik
4) Kromatografi
Kolom
Kromatografi
kolom, disebut demikian karena penggunaan kolom gelas pada metode ini. Proses
kromatografi kolom yang sering digunakan untuk memisahkan pigmen pada tumbuhan.
Campuran pigmen tersebut dimasukkan pada kolom gelas yang berisi aluminia.
Pelarut kemudian dialirkan agar membawa campuran melewati kolom. Pigmen akan
bergerak turun melewati kolom dengan kecepatan bergantung pada kuat tidaknya
adsorpsi pigmen pada aluminia. Pigmen yang teradsorp lemah pada aluminia akan
melewati kolom dengan cepat daripada pigmen yang teradsorp kuat. Pigmen ini
akan terpisah dan terkumpul pada wadah berbeda saat keluar dari kolom.
5) Kromatografi
lapis tipis
Gambar Kromatografi Lapis Tipis
![Kromatografi-Lapis-Tipis](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.jpg)
Kromatografi
lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran.
Kromatografi
lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut gel
silika atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi sebagai fase diam.
Materi lain juga bisa digunakan sebagai fase diam asalkan mampu mengalami
pendarflour (fluorescence) dalam sinar ultra violet. Sementara untuk fase gerak
yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan. Aplikasi
dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengetahui
jenis pada campuran asam amino tertentu. Kromatografi lapis tipis hampir sama
dengan metode kromatografi kertas. Perbedaannya terletak pada penggunaan pelat
gelas atau plastik pada kromatografi lapis tipis, pelat tersebut dilapisi
dengan zat penyerap seperti alumina. Pelarut akan merambat naik memisahkan
campuran menjadi zat-zat penyusunnya.
Aplikasi
kromatografi lapis tipis (KLT) sangat luas. Senyawa-senyawa yang mudah menguap
serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan KLT. Ia
dapat pula untuk memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia
forsenik menggunakan KLT untuk bermacam pemisahan. Pemisahan berguna dari
plasticiser, antioksidan, tinta dan formulasi zat perwarna dapat ditentukan
dengan KLT. Pemakaiannya juga meluas dalam pemisahan anorganik.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kromatografi
Suatu teknik pemisahan campuran
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut
diantara dua fase, yaitu diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
Bila fase diam berupa zat
padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan (adsorption
chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut
kromatografi pembagian.
B.
Pengertian
Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah
salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian senyawa dari campuran dengan
memakai kolom. Kromatografi kolom termasuk kromatografi preparative.
C.
Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
D.
Analisis
Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1.
Metode
Penelitian
Pada
penelitian ini dilakukan ekstraksi daun surian menggunakan tiga pelarut organik
dengan kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksan (non-polar), etil asetat (semi polar)
dan metanol (polar). Sampel yang digunakan adalah daun surian (T. sureni (Bl.)
Merr.) yang diambil dari Kecamatan Wanaraja Garut. Penapisan fitokimia dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak metanol. Fase gerak
yang digunakan untuk mengelusi sampel divariasikan berdasarkan gradien
kepolaran. Pereaksi penampak noda disesuaikan dengan metabolit sekunder yang
akan diamati . Dengan metode KLT ini juga dilakukan penapisan aktivitas
antioksidan dari masingmasing metabolite sekunder dengan menggunakan perekasi 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
(DPPH). Penapisan aktivitas antioksidan ini dilakukan dengan menggunakan asam
askorbat sebagai larutan standar.
Uji
antioksidan dengan metode peredaman DPPH dilakukan lebih lanjut dengan mengukur
sejauh mana reaksi peredaman terhadap radikal bebas DPPH dapat berlangsung.
Pengukuran dilakukan secara spektrofotometri dengan mengukur serapan dari
masing-masing sampel yang sudah direaksikan dengan larutan standar DPPH 1 mM
pada λ 515. Sebagai standar digunakan larutan asam askorbat.
Parameter
yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji aktivitas
antioksidan dengan peredaman radikal DPPH adalah nilai efficientconcentration
(EC50) atau disebut nilai IC50, yakni konsentrasi yang menyebabkan
hilangnya 50% aktivitas DPPH. Peredaman radikal DPPH adalah peredaman radikal
yang mudah dan akurat dengan kehandalan untuk mengukur kapasitas antioksidan
suatu sampel. Peredaman radikal DPPH ini memiliki teknik sederhana, tetapi
memiliki kelemahan dalam waktu pengaplikasiannya.
2.
Hasil dan
Pembahasan
Hasil Sampel diambil dari
Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Jawa Barat. Pada penelitian ini, 718,9 gram
daun surian yang sudah dikeringanginkan dimaserasi dengan pelarut metanol.
Ekstrak metanol yang diperoleh dari 3 kali maserasi adalah 186,5 gram dengan
rendemen 25,96%. Ekstrak berbentuk cairan kental dan berwarna coklat tua
kehijauan. Tehadap ekstrak ini dilakukan penapisan fitokimia dan antioksidan untuk
senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol dan terpenoid/steroid dengan metode KLT
(Tabel 1). Setelah itu dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan peredaman
radikal DPPH, sebagai kontrol positif diuji pula asam askorbat (Gambar 2).
Analisis aktivitas
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.jpg)
Gambar 2. Inhibisi
Ekstrak Daun Surian dengan Metode
Peredaman DPPH
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.jpg)
Antioksidan
memberikan nilai IC50 = 4,80 ppm yangrelatif
lebih kecil
dari
standar asam askorbat (IC50 = 9,23 ppm).
Pembahasan
Proses ekstraksi dengan tiga pelarut memberikan rendemen yang bervariasi untuk
setiap pelarut yang digunakan. Dari ketiga ekstrak yang diperoleh dapat dilihat
bahwa, ekstrak metanol, merupakan ekstrak yang paling banyak jumlahnya. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik polarnya relatif besar,
diikuti berturut-turut oleh ekstrak etil asetat (semi polar) dan n-heksan
(non-polar).Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dengan metode KLT, diperoleh
bahwa ekstrak metanol daun surian (T. sureni, (Bl.) Merr) positif
mengandung alkaloid, flavonoid, dan juga polifenol (Tabel 1).
Uji
aktivitas antioksidan dari ekstrak daun surian (T.sureni, Bl. (Merr))
dilakukan melalui reaksi peredaman radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH).
Radikal bebas dikenal sebagai faktor utama dalam kerusakan biologi, dan DPPH
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas peredaman radikal bebas dari suatu
antioksidan alami. DPPH yang merupakan suatu molekul radikal bebas dengan warna
ungu dapat berubah menjadi senyawa yang stabil dengan warna kuning oleh reaksi dengan
antioksidan, dimana antioksidan memberikan satu elektronnya pada DPPH sehingga
terjadi peredaman pada radikal bebas DPPH. Uji DPPH merupakan metode yang mudah
untuk menapis sejumlah kecil molekul antioksidan karena reaksi dapat diamati
secara visual menggunakan KLT, atau juga intensitasnya dapat dianalisis melalui
spektrofotometri sederhana. Struktur DPPH dan reaksinya dengan antioksidan
ditunjukkan pada Gambar 3.
Elektron
tak berpasangan pada DPPH memberikan suatu absorbsi yang kuat, maksimum pada λ
= 517 nm dan berwarna ungu. Peredaman radikal bebas olehantioksidan terjadi
ketika elektron tak berpasangan menjadi berpasangan dengan adanya sebuah donor hidrogen,
sehingga membentuk DPPH yang lebih stabil.
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.png)
Gambar 3. Mekanisme DPPH Akseptor
Aktivitas peredaman radikal bebas
biasanya dinyatakansebagai persen inhibisi dari DPPH, tetapi dapat juga dinyatakan
sebagai konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH (IC50). Nilai
IC50 dianggap sebagai ukuran yang baik dari efisiensiantioksidan senyawa-senyawa
murni ataupun ekstrak[12].
Persentase inhibisi tertinggi dari ekstrak asam askorbat dan
ekstrak metanol adalah 96% dan 94%. Persentase ini menunjukkan bahwa aktivitas
DPPH sudah hilang sebesar 96% pada asam askorbat 20 ppm dan 94% pada ekstrak
metanol 20 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol mampu meredam radikal
DPPH, dankekuatan peredamannya relatif lebih baik dibandingkan standar asam
askorbat. Kemampuan peredaman radikal DPPH pada ekstrak metanol terutama
terjadi pada metabolit sekunder alkaloid (Rf = 0,937) dan polifenol (Rf = 0,833
dan 0,449). Hal ini terkait erat dari bentuk struktur kedua metabolit tersebut.
Pada senyawa polifenol, aktivitas
antioksidan berkaitan erat dengan struktur rantai samping dan juga substitusi pada
cincin aromatiknya. Kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas DPPH dapat
mempengaruhi urutan kekuatan antioksidannya. Aktivitas peredaman radikal bebas
senyawa polifenol diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik
dalam molekulnya. Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan
dihasilkan pada senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang
lebih banyak pada inti flavonoidnya.
Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan
untuk
menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat
dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian
reaksi radikal berantai yang terjadi.
Sifat
antioksidan dari flavonoid berasal dari kemampuan untuk mentransfer sebuah
elektron ke senyawa radikal bebas (Gambar 4) dan juga membentuk kompleks dengan
logam (Gambar 5). Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek,
diantaranya menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh
radikal bebas dan menghambat aktivitas beberapa enzim.
Senyawa
alkaloid, terutama indol, memiliki kemampuan untuk menghentikan reaksi rantai
radikal bebas secara efisien. Senyawa radikal turunan dari senyawa amina ini memiliki
tahap terminasi yang sangat lama (Gambar 6).
Beberapa
senyawa alkaloid lain yang bersifat antioksidan adalah quinolon , kafein yang
dapat bertindak sebagai peredam radikal hidroksil dan melatonin yang berperan
penting menjaga sel dari pengaruh radiasi dan toksisitas obat-obatan. Namun dalam
penelitian ini belum dapat diketahui jenisa lkaloid apa yang berperan dalam
bioaktivitas antioksidan.
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.png)
Gambar 4. Peredaman Radikal Bebas oleh Flavonoid.(A)
Struktur Dasar Flavonoid . (B) Proses Peredaman Radikal Bebas oleh Flavonoid.
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image019.png)
Gambar 5. Pembentukan Kompleks Logam pada Flavanoid
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image021.jpg)
Gambar 6. Peredaman
Radikal Bebas oleh Alkaloid
Sementara
itu dari data persen inhibisi yang diperoleh(Gambar 2) didapatkan nilai IC50 untuk
ekstrak metanol daun surian (T. sureni (Bl.) Merr) adalah 4,80 ppm sedangkan
asam askorbaat adalah 9,23 ppm. Nilai IC50 dari ekstrak metanol daun surian
yang relatif lebih kecil ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya relatif
lebih besar dibandingkan larutan standar asam askorbat.
E. Modifikasi
Teknik Kromatografi Kolom Untuk Pemisahan Trigliserida Dari Ekstrak Buah Merah
1.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen kualitatif di laboratorium kimia. Penelitian pendahuluan berupa
penentuan perbandingan eluen dan fasa diam yang digunakan dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Kemudian ekstrak buah merah dipisahkan dengan menggunakan
kolom kromatografi. Kolom kromatografi dan plat KLT yang digunakan telah
dimodifikasi fasa diamnya yaitu dengan menambahkan alumina dan mangan dioksida
(MnO2) kedalam silika gel. Eluen yang digunakan adalah campuran petroleum eter
– dietil eter. Hasil pemisahan diidentifikasi dengan spektroskopi infra merah (IR),
spektroskopi 1H-NMR dan Gas Chromatography – Mass Spectroscopy (GC-MS).
2.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam dan Sublab Kimia Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sedangkan identifikasi dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.Waktu kegiatan
penelitian berlangsung pada bulan Juli 2009 – April 2010.
3.
Alat dan
Bahan yang Digunakan
a. Alat
1)
GC-MS QP2010S Shimadzu
2)
1H-NMR JEOL-MY60
3)
IR Shimadzu FTIR Prestige 21
4)
TLC Plate
Coater
5)
TLC Chamber
6)
Kolom Kromatografi Teka
7)
Lampu UV 254 nm
8)
Peralatan
Gelas.
b. Bahan
1)
Ekstrak buah merah produksi I Made Budi
2)
Silica Gel 60 GF254 for TLC
(E.Merck)
3)
Aluminiumoxid 150 basisch (Typ T) (alumina
untuk KLT) (E.Merck)
4)
Silica Gel 60 (0.063 – 0.200 mm)
(E.Merck)
5)
Aluminiumoxid 60 active basisch (aktivitatsstufe
I) (alumina untuk kromatografi kolom) (E.Merck)
6)
Plat TLC Silica Gel 60 F254 (E.Merck)
7)
MnO2
(E.Merck)
8)
Dietil eter p.a. (E.Merck)
9)
Petroleum
eter p.a. (E.Merck)
10) Rhodamin B
11) Aquades
4.
Prosedur
Penelitian
a.
Penentuan Eluen dan Fasa Diam dengan KLT
Sejumlah adsorben yang akan digunakan untuk pelapis dibuat
bubur dengan sejumlah pelarut. Adsorben yang digunakan sebagai fasa diam adalah
silika gel yang ditambahkan dengan alumina dengan perbandingan silika gel –
alumina sebesar 2:3 serta dengan penambahan MnO2 masing-masing sebanyak 3% dan
5% dari berat total fasa diam. Terlebih dulu silika gel diaktivasi dengan
pemanasan pada suhu 110 – 125 oC sedangkan alumina diaktivasi pada suhu 125 –
150 oC selama beberapa jam.
Campuran fasa diam kemudian dibuat bubur dengan menggunakan
aquades dan diratakan pada plat kaca dengan menggunakan alat TLC Plate
Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang
terbentuk didiamkan selama 30 menit dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 –
120 oC selama 1 jam. Plat yang telah kering didinginkan dan disimpan dalam
desikator.
Ekstrak buah merah ditotolkan pada plat KLT modifikasi
(silika gel : alumina, 2 :3, dan MnO2) yang telah dibuat. Sebagai
pembandingnya, ekstrak buah merah juga ditotolkan pada plat TLC silica gel 60
F254 dan plat KLT dengan fasa diam silika gel:alumina (2:3). Masing-masing plat
kemudian dielusikan dengan menggunakan larutan pengembang berupa petroleum
eter:dietil eter dengan perbandingan 7:3, 3:2, dan 1:1. Untuk mengidentifikasi
adanya spot lipida pada plat modifikasi, plat yang telah dielusi dikeringkan,
kemudian disemprot dengan 0,5% rhodamin B dalam etanol dan diletakkan dibawah
sinar UV. Spot yang akan tampak adalah spot berwarna kuning atau berwarna ungu
kebiruan ketika dilihat dibawah sinar UV.
b. Pembuatan
Kolom Kromatografi
Fasa diam yang digunakan sebagai adsorben dalam kolom adalah
silika gel yang dimodifikasi dengan penambahan alumina (silika gel : alumina,
2:3) dan MnO2 3%. Sebelumnya silika gel diaktivasi dengan pemanasan pada suhu
110 – 125 oC sedangkan alumina diaktivasi pada suhu 125 – 150 oC selama 24 jam.
Campuran adsorben dimasukkan kedalam kolom dalam keadaan
kering, dimana sebelumnya kolom telah diisi dengan pelarut petroleum eter
hingga mencapai setengah panjang kolom. Campuran adsorben dimasukkan ke dalam
kolom tiap 3 gram untuk menghasilkan lapisan-lapisan fasa diam. Keran pada
kolom dibiarkan terbuka agar pelarut dapat keluar. Kemudian kolom dikeringkan
dari pelarut hingga mencapai 1 cm batas atas permukaan fasa diam.
c. Pemisahan
dengan Kolom Kromatografi
Sampel berupa ekstrak buah merah dimasukkan kedalam kolom dan
dibiarkan terserap kedalam fasa diam. Teknik elusi yang digunakan adalah teknik
elusi gradien menggunakan petroleum eter:dietil eter dengan perbandingan eluen
dimulai dari 7:3, 3:2 dan 1:1. Eluat yang dihasilkan kemudian ditampung dalam
vial-vial tiap 2 mL dan dikeringkan dari pelarutnya.
Eluat yang telah kering dari pelarut atau eluen kemudian
ditimbang dan diuji dengan KLT. Nilai Rf yang dihasilkan dibandingkan dengan
nilai Rf dari plat KLT silika gel awal. Nilai Rf yang sama dikumpulkan kemudian
fraksi yang dihasilkan diidentifikasi dengan menggunakan IR, 1H-NMR dan GC-MS.
5.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a. Penentuan Eluen dan Fasa Diam dengan KLT
Pemisahan
trigliserida dari ekstrak buah merah menggunakan modifikasi teknik kromatografi
kolom diawali dengan penentuan komposisi fasa diam dan eluen yang akan
digunakan. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Eluen yang akan digunakan dalam kromatografi kolom ditentukan dengan
menggunakan plat TLC silica gel 60 F254. Eluen yang digunakan adalah
campuran petroleum eter dan dietil eter dengan perbandingan 19:1, 7:3, 3:2,
1:1, 2:3, dan 3:7. Perbandingan eluen yang akan digunakan ditentukan dari
jumlah spot yang dihasilkan. Spot yang dihasilkan dari plat KLT mengalami tailing.
Hal ini dikarenakan ekstrak buah merah berbentuk minyak yang sangat pekat.
Pemisahan dengan jumlah spot yang lebih banyak didapat adalah dengan
menggunakan perbandingan eluen 7:3 (5 spot), 3:2 (6 spot), dan 1:1 (5 spot)
(tabel 5). Tabel
5.Harga Rfdari Spot Hasil Pemisahan Ekstrak Buah Merah
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image023.jpg)
Pemisahan
dengan menggunakan fasa diam silika gel menghasilkan 5 – 6 spot untuk tiap
perbandingan eluen. Jumlah spot berwarna merah pada eluen 7:3 lebih banyak
dibandingkan dengan eluen lainnya. Trigliserida dan beta-karoten merupakan
senyawa non-polar yang saling bercampur satu sama lain. Kedua senyawa tersebut
dapat larut dalam eluen petroleum dan dietil eter. Pada perbandingan eluen 7:3,
trigliserida diduga telah terpisah dari asam lemak bebas, namun karena
perbandingan eluen yang sifatnya kurang polar sehingga beta-karoten masih
bercampur dengan kedua komponen tersebut. Sehingga pemisahan antara
trigliserida dengan asam lemak tidak terlihat jelas. Namun, ketika perbandingan
eluen ditingkatkan sehingga menjadikan eluen bersifat lebih polar, terdapat
spot berwarna kuning yang telah terpisah dari beta-karoten yang diindikasikan
sebagai asam lemak bebas.
Alumina
yang ada dalam fasa diam silika gel mengakibatkan spot yang dihasilkan menjadi
lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan plat silika gel. Alumina
merupakan fasa diam yang bersifat polar. Jika alumina dicampur dengan silika
yang juga bersifat polar, maka sifat polar dari fasa diam akan semakin kuat.
Hal ini mengakibatkan senyawa-senyawa dalam ekstrak buah merah yang bersifat
polar akan semakin tertahan didalam fasa diam sedangkan senyawa non polar akan
terelusi lebih cepat. Akibatnya adalah ada beberapa spot yang tampak pada plat
silika gel terkumpul menjadi satu spot pada plat silika gel:alumina. Selain itu
juga, warna yang dihasilkan dari tiap spot menunjukkan bahwa dalam tiap spot
masih terdapat beta-karoten walaupun warna untuk spot pertama lebih pudar.
Alumina dapat menyerap senyawa karotenoid. Hal ini dapat mengakibatkan
beta-karoten akan lebih tertahan dalam fasa diam.
Teknik
modifikasi kromatografi kolom juga menggunakan oksidator berupa MnO2 dalam
campuran fasa diam silika gel : alumina. Modifikasi teknik KLT menggunakan fasa
diam yang sama untuk ekstrak lipida memerlukan oksidator MnO2 sebesar 0,5%
untuk dapat memisahkan lipida sebagai senyawa turunannya (Handayani, 2008).
Sedangkan bila menggunakan ekstrak beta-karoten membutuhkan oksidator sebanyak
5% untuk dapat mengubah senyawa beta-karoten tersebut (Rumanthi, 2008).
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image025.jpg)
Gambar
6. Hasil Elusi Ekstrak Buah Merah dengan Plat Modifikasi KLT Si:Al (1) dan
Si:Al + MnO2 3% (2)
Ekstrak
buah merah mengandung berbagai macam senyawa seperti trigliserida, beta-karoten
dan tokoferol, sehingga harus dicari komposisi oksidator yang sesuai agar dapat
memisahkan trigliserida dari senyawa-senyawa lainnya. Komposisi oksidator yang
digunakan adalah 3% dan 5% dari berat total fasa diam. Hasil pemisahan dari
fasa diam modifikasi yaitu terdiri dari silika gel:alumina dengan penambahan
MnO2 3% yang dibandingkan dengan hasil pemisahan dengan plat silika gel:alumina
dapat dilihat pada gambar 6. Sedangkan untuk perbandingan hasil pemisahan
trigliserida dari ekstrak buah merah menggunakan komposisi MnO2 3% dan 5% dapat
dilihat pada tabel 6.
MnO2
didalam campuran fasa diam silika gel dan alumina dapat menyebabkan perubahan
pada pemisahan yang dihasilkan. Pada spot a telah terbebas dari beta-karoten
yang artinya beta-karoten telah bereaksi dengan oksidator yang menyebabkan
beta-karoten berubah dan terpisah dari trigliserida. Spot a dapat
diidentifikasi dengan disemprot dengan menggunakan rhodamin B dan dilihat
dengan menggunakan lampu UV. Rhodamin B adalah reagen yang digunakan untuk
menguji adanya trigliserida dan asam lemak (Jork, 1990). Dengan demikian, spot
pertama dan ketiga pada plat modifikasi merupakan senyawa trigliserida dan asam
lemak.Tabel 6. Harga Rf dari Spot Hasil Pemisahan dengan Silika Gel : Alumina+
MnO2
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image027.jpg)
Komposisi
oksidator MnO2 yang semakin banyak pada campuran fasa diam, mengakibatkan
perubahan yang cukup signifikan pada beta-karoten. Spot berwarna merah muda
pada plat yang menggunakan MnO2 5% tidak muncul bila dibandingkan dengan plat
dengan MnO2 3%. Warna merah pada spot yang merupakan warna dari beta-karoten
pada plat MnO2 5% hanya ditunjukkan oleh satu spot saja. Pada plat MnO2 3%
terdapat dua spot untuk beta-karoten yaitu spot merah dan merah muda. Sehingga
hanya dengan menggunakan komposisi MnO2 sebanyak 3% dari berat fasa diam, sudah
dapat memisahkan lipida dari senyawa lain dalam ekstrak buah merah seperti
beta-karoten.
Berdasarkan
penentuan eluen dan komposisi fasa diam, kemudian dilakukan pemisahan
trigliserida dari ekstrak buah merah dengan menggunakan alumina dengan
penambahan MnO2 sebesar 3% dengan eluen berupa campuran petroleum eter dan
dietil eter dengan perbandingan 7:3, 3:2, dan 1:1.
b. Pemisahan dengan Kolom Kromatografi
Kolom kromatografi yang digunakan adalah kolom yang telah
dimodifikasi dengan menggunakan fasa diam silika gel - alumina (2:3)
ditambahkan dengan MnO2 3%. Kolom modifikasi ini dibuat dengan metode kering
yaitu dengan memasukkan campuran fasa diam kedalam kolom yang telah berisi
pelarut. Campuran tersebut tidak dibuburkan terlebih dulu, tetapi langsung
dimasukkan dalam keadaan kering. Penggunaan metode kering dikarenakan ukuran
dari partikel MnO2 yang lebih kecil dibandingkan dengan silika gel dan alumina
mengakibatkan MnO2 selalu berada diatas sehingga tidak dapat bercampur sempurna
(homogen). Selain itu, berat dari MnO2 lebih ringan dibandingkan dengan silika
gel dan alumina sehingga bila fasa diam dimasukkan kedalam kolom, MnO2 akan
selalu tertinggal paling atas. teknik modifikasi kromatografi kolom. Fasa diam
yang digunakan adalah silika gel :
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image029.png)
Gambar 7. Modifikasi Kolom
Kromatografi
Kondisi
fasa diam yang sulit untuk bercampur (homogen) mengharuskan Kondisi fasa diam
yang sulit untuk bercampur (homogen) mengharuskan untuk menggunakan suatu
teknik yang dapat membuat fasa diam hampir mendekati homogen seperti pada plat
modifikasi KLT. Teknik yang digunakan adalah memasukkan campuran fasa diam
sedikit demi sedikit. Fasa diam yang akan terbentuk adalah fasa diam yang
membentuk lapisan-lapisan seperti pada gambar 7. Dengan teknik ini, fasa diam
yang dihasilkan hampir mendekati homogen sama seperti pada KLT modifikasi.
Data-data mengenai kolom kromatografi modifikasi yang dihasilkan dapat dilihat
pada lampiran 1.
Eluen
yang digunakan adalah petroleum eter dan dietil eter dengan perbandingan 7:3,
3:2, dan 1:1. Teknik elusi yang digunakan adalah teknik elusi gradien yaitu
dimulai dari perbandingan petroleum eter:dietil eter sebesar 7:3. Kolom yang
digunakan disini adalah kromatografi kolom tekan, sehingga kecepatan alir dari
eluen dapat diatur. Dalam pemisahan dengan kolom modifikasi ini, kecepatan alir
yang digunakan sekecil mungkin yang artinya bahwa elusi yang terjadi berjalan
lambat. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pemisahan dan reaksi yang terjadi
antara fasa diam kolom modifikasi dengan sampel. Ketika menggunakan kecepatan
alir yang kecil, tekanan didalam semakin besar, sehingga pemisahan yang terjadi
menjadi lebih baik.
Ekstrak
buah merah diletakkan didalam kolom dan dibiarkan terjerap kedalam fasa diam
terlebih dulu sebelum dilakukan elusi. Pada saat pengelusian yang terjadi
adalah fraksi berwarna merah terpisah lebih dulu yang merupakan campuran
trigliserida, asam lemak dengan beta-karoten. Setelah elusi berlangsung lebih
lama, warna merah dari beta-karoten kemudian sedikit demi sedikit menjadi
pudar. Ini menandakan bahwa beta-karoten sudah mulai bereaksi dengan fasa diam.
Kemudian terbentuk pemisahan berwarna kuning setelahnya dan lama-kelamaan
warna-warna dari pemisahan-pemisahan tersebut menjadi hilang secara
keseluruhan.
Tabel 7.Fraksi yang Dihasilkan dari
Modifikasi Kolom Kromatografi
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image031.jpg)
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image033.jpg)
![](file:///C:\Users\ummu\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image035.jpg)
Gambar 9. Perbandingan Rf Plat Silika Gel Awal dengan Rf dari Eluat
Penggunaan kolom kromatografi tekan dengan kecepatan
alir yang lambat mengakibatkan beta-karoten bereaksi dengan sempurna dengan
MnO2. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya beta-karoten pada eluat-eluat yang
ditampung. Yang terjadi adalah beta-karoten yang kontak dengan MnO2 mengalami
reaksi dan menghasilkan suatu produk oksidasi. Produk tersebut kemudian kontak
dengan udara yang dihasilkan oleh aerator pada kolom kromatografi tekan atau
terkena sinar sehingga mengakibatkan produk tersebut menjadi rusak dan hilang.
Pada saat penampungan eluat, dikarenakan eluat yang berwarna bening, sehingga
ada eluat yang tidak tertampung diawal. Eluat tersebut diberi tanda sebagai
eluat vial ke-0 (nol). Berat dari eluat yang telah diuapkan pada vial tersebut
adalah 439 mg dan harga Rf dari eluat tersebut adalah 0,96 sehingga vial ke-0
tersebut dikumpulkan dengan fraksi pertama. Total berat dari fraksi pertama
adalah 733 mg.
Fraksi pertama dari kolom kromatografi modifikasi
berbentuk cairan kuning bening diindikasikan sebagai trigliserida. Kemudian
fraksi tersebut diidentifikasi kandungan senyawanya dengan menggunakan IR,
1H-NMR dan GC-MS. Hal ini didasari dari pertimbangan bahwa fraksi pertama yang
merupakan trigliserida, bersama-sama dengan beta-karoten dan senyawa-senyawa
lain dalam ekstrak buah merah, mengalami kontak pertama kali dengan fasa diam
modifikasi dan kemudian terpisah lebih dulu dari dalam kolom sehingga dapat diketahui
pengaruh dari oksidator MnO2 terhadap senyawa trigliserida tersebut. Selain itu
pertimbangan lainnya adalah bahwa fraksi pertama memiliki berat yang cukup
banyak untuk dapat dilakukan identifikasi lebih lanjut.
c. PengaruhAlumina
dan MnO2
pemisahan
menggunakan KLT dengan fasa diam berupa silika gel:alumina menyebabkan
trigliserida dapat terpisah dengan baik dari beta-karoten. Walaupun ada
sebagian dari beta-karoten yang masih bercampur dengan trigliserida. Penambahan
MnO2 pada fasa diam silika gel:alumina menyebabkan sebagian beta-karoten yang
bercampur dengan trigliserida mengalami perubahan dan akhirnya trigliserida
terbebas dari beta-karoten.
Pengaruh
alumina pada pemisahan dengan menggunakan kolom kromatografi yang telah
dimodifikasi tidak dapat diketahui. Namun pengaruh dari adanya oksidator MnO2
dalam fasa diam sangat jelas terlihat. Hal tersebut terlihat ketika elusi telah
mencapai ¼ panjang kolom yaitu dengan adanya degradasi warna dari sampel
ekstrak buah merah. Semula sampel berwarna merah pekat, setelah beberapa saat
warna tersebut mulai pudar dan akhirnya menghilang.
Kolom kromatografi modifikasi merupakan suatu sistem alir
besar yang mempunyai suatu oksidator dan katalis basa dalam fasa diam. Sampel
ekstrak buah merah adalah suatu bahan yang mengandung trigliserida, tokoferol
dan beta-karoten. Asam lemak berikatan rangkap yang merupakan penyusun rantai
trigliserida dapat mengalami oksidasi, beta-karoten juga dapat mengalami reaksi
oksidasi sekaligus dapat mencegah oksidasi dari asam lemak, sedangkan tokoferol
mencegah oksidasi dari beta-karoten dan trigliserida. Kemungkinan yang terjadi
adalah trigliserida, tokoferol dan beta-karoten melewati sistem dibawa oleh
eluen secara bersama-sama. Senyawa-senyawa tersebut bertemu dengan oksidator, sehingga
terjadi kompetisi antara trigliserida, tokoferol dan beta-karoten untuk
bereaksi dengan oksidator.
MnO2 merupakan suatu agen pengoksidasi yaitu dapat
mengoksidasi senyawa tertentu dengan mendonorkan oksigennya atau menerima
elektron dari senyawa lain. Dengan adanya alumina sebagai katalis basa yang
mempunyai atom oksigen dengan muatan yang tinggi serta pH mendekati 10, diduga
dapat meningkatkan aktivitas dari MnO2 sebagai oksidator yaitu dengan
memberikan elektronnya pada MnO2 sehingga MnO2 dapat dengan mudah melepaskan
oksigennya. Aktivitas dari oksidator yang semakin kuat dapat dengan mudah
mengoksidasi ikatan rangkap. Beta-karoten yang mengandung ikatan rangkap lebih
banyak akan bereaksi terlebih dulu dengan oksidator dibandingkan dengan
trigliserida. Hal ini ditunjukkan dari warna sampel yang semakin menghilang
selama elusi. Ketika beta-karoten telah habis bereaksi dengan oksidator,
trigliserida akan bereaksi dengan oksidator yang tersisa dalam kolom. Namun,
reaksi oksidasi tersebut akan dihalangi oleh tokoferol yang juga merupakan
suatu antioksidan. Sehingga trigliserida akan terlindungi sampai elusi selesai.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil identifikasi yang menyatakan bahwa senyawa
yang dihasilkan dari pemisahan dengan kolom adalah suatu trigliserida.
Kandungan beta-karoten didalam ekstrak buah merah ±300 ppm. Perbandingan antara
beta-karoten yang bereaksi dengan oksidator adalah kurang lebih 1:129. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan modifikasi fasa diam dalam kromatografi yaitu berupa
penambahan suatu oksidator dan alumina kedalam silika gel, akan didapatkan
suatu senyawa berupa trigliserida yang terpisah dari senyawa-senyawa lain yang
ada didalam sampel melalui suatu reaksi oksidasi.
d. Pengaruh Antioksidan Terhadap Asam Lemak
Asam
lemak tak jenuh dan senyawa antioksidan mempunyai hubungan yang saling
berkaitan. Ikatan rangkap dari asam lemak sangat mudah teroksidasi dan
membentuk radikal bebas berupa peroksida asam lemak. Didalam tubuh, peroksida
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penyakit. Berdasarkan penelitian ini,
dengan adanya senyawa antioksidan, trigliserida yang dilewatkan dalam suatu
sistem pengoksidasi dapat dipisahkan tanpa merusak atau mengoksidasi asam lemak
tak jenuh dalam trigliserida tersebut. Antioksidan melindungi asam lemak tak
jenuh dari oksidator dengan mengorbankan dirinya untuk bereaksi dengan
oksidator. Namun, bila jumlah oksidator melebihi senyawa antioksidan yang dapat
bereaksi dengan oksidator tersebut, akan mengakibatkan asam lemak menjadi tidak
terlindungi dari reaksi oksidasi. Senyawa dioktil phtalat yang didapat
bersama-sama dengan trigliserida dari hasil pemisahan, diindikasikan sebagai
produk hasil dari oksidasi asam lemak tak jenuh setelah antioksidan habis
bereaksi dengan oksidator. Penelitian terhadap ekstrak lipida dengan sistem
pengoksidasi telah dilakukan Handayani (2008). Lipida yang dilewatkan melalui
sistem yang mengandung oksidator mengakibatkan senyawa dioktil phtalat yang
dihasilkan semakin banyak. Selain senyawa tersebut, juga didapat senyawa lain
yaitu berupa senyawa bis(2-etilheksil)adipat. Tidak adanya senyawa antioksidan
bersama dengan lipida menjadikan lipida sangat mudah teroksidasi. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, bila asam lemak dikonsumsi langsung tanpa
adanya senyawa antioksidan, memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk dapat
menyebabkan asam lemak teroksidasi menjadi radikal bebas.
KESIMPULAN
Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai
susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan,baik dalam skala laboratorium
maupun skala industri.
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang
saling bercampur.
Kromatografi
ialah Suatu teknik
pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen
campuran tersebut diantara dua fase, yaitu diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
Kesimpulan
dari metode kromatografi lapis tipis Ekstrak metanol daun surian yang diperoleh
mempunyai rendemen 25,96%. Ekstrak metanol yang relatif lebih banyak
dibandingkan ekstrak etil asetat maupun nheksan. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan senyawa polar pada daun surian (T. sureni (Bl.) Merr) relatif
lebih banyak dibandingkan senyawa non polar.
Dari
hasil uji peredaman 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) diketahui bahwa
ekstrak metanol memberikannilai positif terhadap uji DPPH, dengan nilai IC50 4,8
ppm, yang relatif lebih baik dari asam askorbat (IC50 = 9,23 ppm). Aktivitas
antioksidan ini disebabkan adanya kandungan alkaloid dan polifenol yang dapat
meredam radikal DPPH dengan cara mentransfer elektron ke senyawa radikal bebas
DPPH. Untuk mengetahui lebih jauh aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol
daun surian (T. sureni (Bl.) Merr) ini disarankan untuk melakukan
fraksinasi dan isolasi sehingga dapat diketahui zat-zat yang aktif sebagai antioksidan.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya
dapat diambil kesimpulan bahwa senyawa trigliserida dapat dipisahkan dari
senyawa-senyawa lain yang ada dalam ekstrak buah merah menggunakan modifikasi
teknik kromatografi kolom yaitu dengan menambahkan alumina dan agen
pengoksidasi berupa MnO2 kedalam silika gel. Senyawa antioksidan dalam ekstrak
buah merah akan melindungi trigliserida agar tidak rusak atau teroksidasi
selama proses elusi berlangsung menggunakan modifikasi fasa diam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Kromatografi Keretas Lapis
Tipis Kolom dan Gas
http://www.pengertianahli.com/2015/04/kromatografi-kertas-lapis-tipis-kolom-gas.html
Diakses pada tanggal 3 April 2016
icheanindita.2012.Kromatografi Kolom
http://icheanindita.blogspot.co.id/2012/05/kromatografi-kolom.html
Diakses pada tanggal 3 April 2016
Anonim.2012.Pengertian Ekstraksi dan
Macam-macam Jenis Ekstraksi
http://www.anak-farmasi.com/2012/07/pengertian-ekstraksi-dan-macam-macam-jenis-ekstraksi
Diakses
pada tanggal 3 April 2016
Anonim.2013.Kromatografi
Kolom.
http://www.Ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-kolom.html?m=1
Diakses pada tanggal 3 april 2016